Oleh Tim Teropong Senayan pada hari Kamis, 26 Des 2024 - 18:01:22 WIB
Bagikan Berita ini :

Analisis Ancaman Pengangguran di Sektor Tekstil Indonesia

tscom_news_photo_1735210882.jpg
(Sumber foto : )

Laporan ini mencerminkan dampak serius dari tutupnya atau berhentinya produksi banyak perusahaan tekstil besar di Indonesia. Fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pembukaan izin impor yang masif, persaingan harga dengan produk luar negeri (terutama dari Tiongkok), serta kurangnya daya saing industri tekstil nasional. Berikut adalah analisis lengkapnya:


---

1. Ancaman Pengangguran

a. Skala Pengangguran

Dari data yang diberikan, ribuan pekerja telah dirumahkan atau kehilangan pekerjaan. Estimasi kasar menunjukkan bahwa lebih dari 30.000 tenaga kerja terdampak langsung, dengan potensi efek domino pada sektor informal yang terkait dengan rantai pasok dan distribusi industri tekstil.

Sektor tekstil menyerap banyak tenaga kerja yang berpendidikan menengah hingga rendah. Dampak ini lebih parah pada daerah-daerah yang bergantung pada industri ini, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Timur.


b. Dampak Sosial

Keluarga pekerja terdampak: Dengan rata-rata satu pekerja menopang 3-4 anggota keluarga, jutaan individu bisa terkena dampaknya.

Krisis sosial: Pengangguran massal dapat meningkatkan angka kriminalitas, kemiskinan, dan masalah kesehatan mental di masyarakat.

---

2. Kerugian Moril dan Materil

a. Kerugian Moril

1. Kepercayaan terhadap Pemerintah:

Kebijakan yang dianggap tidak melindungi industri lokal dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

2. Krisis Identitas Industri:

Indonesia dulunya dikenal sebagai salah satu pusat industri tekstil Asia Tenggara. Keruntuhan ini dapat menciptakan rasa frustrasi di kalangan pelaku industri dan pekerja.


b. Kerugian Materil

1. Kehilangan Pendapatan:

Pekerja yang kehilangan pekerjaan kehilangan pendapatan, sehingga daya beli mereka turun. Ini menciptakan efek negatif pada ekonomi lokal dan nasional.

2. Kerugian Ekonomi Nasional:

Dengan tutupnya perusahaan tekstil besar, kontribusi sektor ini terhadap PDB nasional menurun. Ini juga mengurangi penerimaan pajak dan potensi ekspor.

3. Kerugian Infrastruktur:

Pabrik yang tutup meninggalkan aset-aset yang tidak terpakai, yang mungkin mengalami depresiasi atau menjadi beban bagi bank jika terkait pinjaman.

---

3. Gambaran Langkah untuk Mengatasi Ledakan Pengangguran

a. Jangka Pendek

1. Program Bantuan Sosial dan Pelatihan Ulang (Reskilling):

Pemerintah perlu meluncurkan program bantuan langsung tunai (BLT) kepada pekerja terdampak.

Menyediakan pelatihan ulang di sektor-sektor potensial, seperti digitalisasi, manufaktur ringan, dan jasa logistik.

Contoh: Kerja sama dengan sektor teknologi untuk pelatihan coding atau e-commerce.

2. Stimulus untuk Perusahaan Tekstil:

Memberikan insentif pajak dan subsidi energi kepada perusahaan tekstil agar mereka dapat bertahan dalam jangka pendek.

3. Perlindungan terhadap Barang Impor:

Menaikkan bea masuk terhadap produk tekstil impor yang terlalu murah (anti-dumping).

Memperketat pengawasan terhadap impor ilegal.


b. Jangka Menengah

1. Revitalisasi Industri Tekstil Lokal:

Mendorong penggunaan bahan baku lokal dan teknologi modern untuk meningkatkan daya saing produk.

Menggalakkan branding "Made in Indonesia" untuk produk tekstil berkualitas tinggi.

2. Diversifikasi Ekonomi Daerah:

Mendorong daerah-daerah yang terdampak untuk mengembangkan sektor-sektor baru, seperti pariwisata, agribisnis, atau industri kreatif.


c. Jangka Panjang

1. Investasi di Teknologi:

Memberikan insentif bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.

2. Perjanjian Dagang yang Adil:

Merevisi perjanjian perdagangan dengan negara lain, terutama Tiongkok, untuk melindungi industri lokal dari praktik perdagangan yang tidak adil.

3. Pembangunan Kawasan Industri:

Pemerintah dapat mengembangkan kawasan-kawasan khusus untuk industri tekstil dengan fasilitas modern yang dapat menarik investasi baru.

---

4. Kesimpulan

Keruntuhan industri tekstil di Indonesia memunculkan ancaman besar bagi stabilitas sosial dan ekonomi. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk melindungi pekerja terdampak, menghidupkan kembali sektor ini, serta membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan dan tangguh. Langkah kolaboratif antara pemerintah, swasta, dan masyarakat menjadi kunci untuk mengatasitantanganini.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Haris Rusly Moti: Pemerintahan Prabowo Akan Hati-Hati Terapkan PPN 12%

Oleh Haris Rusly Moti
pada hari Kamis, 26 Des 2024
Jakarta – Aktivis gerakan mahasiswa 1998, Haris Rusly Moti, menyatakan keyakinannya bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan berhati-hati dalam menerapkan kebijakan Pajak Pertambahan ...
Opini

Jangkar Spiritualitas di Era AI (Artificial Intelligence)

Menarik membaca tulisan Denny JA, "Spiritualitas di Era Artificial Intelligence: Hadirnya Esoterika Forum Spiritualitas." Dia mengangkat isu spiritualitas di dunia modern. Dalam opininya, ...