Sabtu, 18 Januari 2025, dalam perjalanan menyusuri pantai dari Serang, hati saya tergugah oleh bisikan nurani untuk menunaikan shalat Magrib di Desa Muara. Desa ini, bersama desa-desa lainnya, telah terisolasi sejak tahun 2016 akibat proyek PIK-2. Kedatangan ini bertujuan memastikan apakah penderitaan rakyat di wilayah tersebut telah tertangani sejak kunjungan saya sebelumnya, 14 Desember 2024. Sayangnya, kenyataan di lapangan semakin memperlihatkan penderitaan rakyat yang kian dalam.
Kisah Tragis di Balik Proyek PIK-2
Desa Muara, bersama 11 desa lain di Pantai Utara Banten, menjadi saksi bisu penggusuran besar-besaran demi kepentingan proyek PIK-2. Wilayah ini dikepung preman bayaran yang menciptakan suasana intimidasi bagi warga. Berdasarkan informasi yang saya terima, saya disarankan untuk tidak datang demi keselamatan. Namun, panggilan hati untuk bertemu rakyat tidak bisa saya abaikan.
Dengan memohon perlindungan Allah, saya tetap mengunjungi Desa Muara. Kunjungan ini tidak berlangsung tanpa risiko. Lima menit setelah saya meninggalkan Masjid Kampung Muara Desa Lemo usai shalat Isya, preman-preman datang. Namun, berkat perlindungan-Nya, saya berhasil menyelesaikan tugas tanpa insiden.
Penderitaan Warga yang Terisolasi
Kondisi warga di desa-desa tersebut sangat memprihatinkan. Desa-desa ini terjebak dalam situasi yang menyerupai penjara—sebuah “lorong Gaza” buatan PIK-2. Sekitar 500 kepala keluarga (KK), atau sekitar 2.000 jiwa, hidup dalam keterbatasan ekstrem. Ironisnya, anak-anak yang semestinya menikmati pendidikan layak terpaksa mengaji di tempat yang kumuh dan serba kekurangan.
Pada awal penggusuran, warga dijanjikan kompensasi sebesar Rp3.000.000 per meter untuk relokasi. Namun, kini, setelah mereka diisolasi, ganti rugi itu dipaksa turun drastis menjadi hanya Rp300.000 per meter—seperlima dari nilai semula.
Daftar Desa yang Terancam Tergusur
Berikut adalah desa-desa yang saat ini mengalami nasib serupa:
1. Kecamatan Kosambi
Salembaan Jati
Kosambi Barat
2. Kecamatan Teluknaga
Muara
Lemo
Tanjung Pasir
Kampung Besar
Pangkalan
Kampung Melayu Timur
3. Kecamatan Pakuhaji
Kohot
Kramat
Kalibaru
Jika situasi ini dibiarkan tanpa intervensi tegas, seluruh desa di Pantai Utara Banten akan bernasib sama: digusur demi ambisi proyek yang mengorbankan rakyat kecil.
Mempertahankan Hak Rakyat
Melihat penderitaan ini, kita harus bersikap tegas. Demi rakyat, demi keadilan, perjuangan melawan kezaliman ini harus terus dilanjutkan, apa pun risikonya. Proyek yang mengorbankan manusia dan martabat kemanusiaan tidak boleh dibiarkan berlangsung.
Keadilan adalah hak setiap warga negara. Dan sebagai bagian dari masyarakat yang peduli, kita memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan hak-hak rakyat terlindungi.
“Demi rakyat, kita harus melawan, apapunrisikonya.”
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #