Oleh Sahlan Ake pada hari Jumat, 15 Agu 2025 - 10:32:30 WIB
Bagikan Berita ini :

Puan Singgung Indonesia Gelap dan Bendera One Piece di Sidang Bersama: Di Balik Keresahan, Ada Harapan

tscom_news_photo_1755228750.jpg
Sidang tahunan MPR (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua DPR RI Puan Maharani menyinggung fenomena kritik kreatif masyarakat di media sosial dalam pidatonya di Sidang Bersama DPR-DPD RI tahun 2025. Puan mengatakan dalam demokrasi, masyarakat diberikan ruang seluas-luasnya untuk bersuara dan menyampaikan kritik.

"Marilah kita bangun demokrasi yang menghidupkan harapan rakyat. Demokrasi yang tidak berhenti di bilik suara, tetapi terus tumbuh di ruang-ruang dialog, di dapur rakyat, di balai desa, hingga di gedung parlemen agar setiap keputusan lahir dari kesadaran bersama, bukan hanya kesepakatan segelintir elite," kata Puan.

Sidang Bersama DPR-DPD yang merupakan rangkaian Sidang Tahunan MPR RI digelar di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025). Rangkaian sidang ini dihadiri Presiden Prabowo Subianto dan jajaran kabinetnya, serta sejumlah tokoh negara.

"Dalam demokrasi, rakyat harus memiliki ruang yang luas untuk berserikat, berkumpul, menyatakan pendapat, dan menyampaikan kritik. Kini, kritik rakyat hadir dalam berbagai bentuk yang kreatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi, khususnya media sosial, sebagai corong suara publik," tambah Puan.

Mantan Menko PMK ini pun mencontohkan berbagai bentuk ekspresi publik yang viral di ruang digital, mulai dari kalimat singkat hingga simbol-simbol pop culture. Di balik berbagai ekspresi keresahan rakyat, menurut Puan, tersimpan harapan yang harus dipahami dengan kebijaksanaan.

"Ungkapan tersebut dapat berupa kalimat singkat seperti “kabur aja dulu”, sindiran tajam “Indonesia Gelap”, lelucon politik “negara Konoha”, hingga simbol-simbol baru seperti “bendera One Piece”, dan banyak lagi yang menyebar luas di ruang digital,” sebutnya.

“Fenomena ini menunjukkan bahwa aspirasi dan keresahan rakyat kini disampaikan dengan bahasa zaman mereka sendiri," imbuh Puan.

Puan mengingatkan bahwa kritik dari rakyat tidak boleh dipandang sebelah mata, melainkan perlu direspons dengan kebijaksanaan.

“Bagi para pemegang kekuasaan, semua suara rakyat yang kita dengar bukanlah sekadar kata atau gambar. Di balik setiap kata ada pesan. Di balik setiap pesan ada keresahan. Dan di balik keresahan itu ada harapan," tutur perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI tersebut.

"Karena itu, yang dituntut dari kita semua adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga memahami. Kebijaksanaan untuk tidak hanya menanggapi, tetapi merespons dengan hati yang jernih dan pikiran yang terbuka," sambung Puan.

Puan menyebut bahwa kritik masyarakat meskipun disampaikan dengan keras, bukan untuk memecah belah, tapi sebagai bagian dari alat perbaikan demi kemajuan bangsa.

"Kita semua berharap apa pun bentuk dan isi kritik yang disampaikan rakyat tidak boleh menjadi bara yang membakar persaudaraan. Kritik tidak boleh menjadi api yang memecah belah bangsa. Sebaliknya, kritik harus menjadi cahaya yang menerangi jalan kita bersama," ungkapnya.

Lebih lanjut, Puan mengajak semua pihak untuk terus membangun demokrasi yang hidup dan berpihak pada harapan rakyat.

“Gunakanlah ruang kritik itu sebagai sarana untuk menyadarkan penguasa, memperbaiki kebijakan, menuntut tanggung jawab, dan mendorong kemajuan bagi seluruh anak bangsa," tukas Puan.

tag: #puan-maharani  #dpr  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
HUT R1 2025 AHMAD NAJIB
advertisement
HUT RI 2025 M HEKAL
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement