Oleh Didi Irawadi Syamsuddin, S.H., LL.M. Lawyer, Writer, Politician. pada hari Sabtu, 11 Okt 2025 - 10:27:25 WIB
Bagikan Berita ini :

Kilang Mati, Impor Jalan Terus: Ironi Energi Negeri Kaya Minyak

tscom_news_photo_1760153245.jpg
Didi Irawadi Syamsuddin Politikus Partai Demokrat (Sumber foto : Istimewa)

Indonesia adalah negeri penghasil minyak yang aneh. Kita punya cadangan minyak, tapi malah mengimpor besar-besaran — ironisnya, dari Singapura, negara yang bahkan tidak punya sumur minyak satu pun. Inilah potret tragis dari manajemen energi nasional yang tersesat arah dan kehilangan keberanian untuk mandiri.

Janji Kilang Baru, Hasil Nol

Sejak 2018, Pertamina menjanjikan membangun tujuh kilang dalam lima tahun. Janji tinggal janji. Hingga kini, hasilnya nol besar. Kilang Balikpapan, Tuban, hingga Bontang yang digadang-gadang menjadi tulang punggung kemandirian energi, tak satu pun selesai. Yang terjadi justru kebakaran berulang, keterlambatan, dan proyek mangkrak — lebih mirip drama sinetron yang tak berkesudahan.

Padahal, tanpa kilang baru, kita akan terus menjadi pasar bagi negara lain. Pemerintah menyebut impor sebagai “shock absorber”, seolah solusi sementara. Tapi apa gunanya peredam kejut kalau mobilnya memang sengaja diarahkan ke lubang besar bernama ketergantungan impor permanen?

Kita Kalah dari Malaysia

Lihat Malaysia. Negara yang baru merdeka setelah kita, kini menikmati hasil kilang modern milik Petronas. Mereka membangun sistem energi terintegrasi dari eksplorasi sampai hilir. Kita? Masih berkutat pada proyek kertas, studi kelayakan yang tak berujung, dan pejabat yang lebih sibuk mengatur kursi direksi daripada mengamankan pasokan energi bangsa.

Negara lain menambah kapasitas produksi, sementara kita kehilangan arah dan waktu. Setiap hari, Indonesia kehilangan miliaran rupiah hanya untuk impor bahan bakar yang seharusnya bisa diolah di negeri sendiri.

Ketergantungan yang Disengaja

Impor dari Singapura adalah bukti betapa kita sengaja menjadikan diri sendiri pasar permanen. Singapura hanyalah pusat perdagangan, bukan produsen minyak. Tapi karena kita tak punya cukup kilang, mereka justru menjadi penyalur utama energi kita. Negeri kaya sumber daya, tapi miskin keberanian membangun kemandirian.

Kemandirian energi seharusnya bukan jargon politik, tapi strategi bertahan hidup. Tanpa kilang baru, setiap krisis global akan membuat kita panik, harga BBM melonjak, dan APBN berdarah. Kita menjadi bangsa penonton di tanah sendiri, menggantungkan nasib energi pada pelabuhan negara tetangga.

Dari Eksportir ke Pengemis Energi

Dulu, Indonesia anggota OPEC yang disegani. Kini, kita sekadar pembeli yang antre di pintu negara lain. Semua karena kelalaian panjang dan kepemimpinan yang lebih suka berjanji ketimbang bekerja.
Inilah potret nyata: negeri produsen minyak yang kehilangan nyali untuk berdiri di atas kaki sendiri.

Penutup

Kilang bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi simbol kedaulatan. Selama pembangunan kilang hanya jadi alat politik, selama itu pula kita akan terus menanggung malu: negeri kaya energi yang hidup dari impor.
Dan ketika rakyat membayar mahal di pom bensin, yang terbakar bukan hanya tangki kilang Pertamina — tapi juga harga diri bangsa.

#KilangMatiImporJalanTerus
#IroniEnergiIndonesia
#NegeriKayaMinyakMiskinKilang
#EnergiKitaIroniKita
#PertaminaJanjiKosong
#KilangMangkrakNegeriLemah
#ImporDariSingapura
#BangsaKayaTapiMintaMinyak
#KedaulatanEnergiFiksi
#HargaDiriBangsaTerbakar

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Reformasi Polri di Persimpangan: Antara Kemandirian, Akuntabilitas, dan Tekanan Politik

Oleh Oleh Ariady Achmad | Founder TeropongSenayan.com
pada hari Selasa, 07 Okt 2025
Reformasi kepolisian kembali menjadi isu krusial dalam dinamika politik dan tata kelola pemerintahan Indonesia. Beberapa opsi desain kelembagaan yang kini beredar di lingkaran elite pemerintahan ...
Opini

'Approach' Rongsokan

Jakarta, awal Oktober 2025. Di ruang sidang Pengadilan Tipikor yang biasanya dingin oleh AC dan naskah dakwaan, tiba-tiba udara jadi panas — bukan karena listrik padam, tapi karena akal sehat ...