
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto, melontarkan kritik keras terhadap wacana redenominasi rupiah. Ia menyebut kebijakan memotong nol rupiah sebagai langkah yang tidak penting, tidak mendesak, dan berpotensi bikin rakyat tambah bingung.
“Saya tolak redenominasi. Ini kebijakan kosmetik. Cuma potong nol, tapi masalah ekonomi tetap. Untuk apa? Nggak ada gunanya!” kata Darmadi, Rabu ( 13 November 2025)
“Ekonomi Belum Stabil, Kok Malah Mau Potong Nol?”
Darmadi menilai pemerintah salah timing jika memaksakan redenominasi saat ini.
“Inflasi masih labil, nilai tukar juga belum stabil. Justru kalau dipaksakan sekarang, itu bisa bikin pasar panik. Timing-nya salah total,” tegasnya.
Menurutnya, redenominasi tidak ada manfaat ekonomi nyata karena tidak memperkuat industri, tidak menarik investasi, dan tidak membuat rakyat lebih sejahtera.
“Rakyat butuh harga stabil, bukan gonta-ganti angka. Ini kebijakan elitis yang nggak nyentuh kebutuhan masyarakat,” desaknya.
“Risiko Harga Kacau! UMKM Bisa Mati Berdiri!”
Dalam nada tinggi, Darmadi memperingatkan efek domino di pasar jika nol rupiah dipotong tiba-tiba.
“Di pasar itu beda sama teori. Harga bisa kacau balau! Dari Rp 12 ribu jadi 12 rupiah, nanti pedagang bisa bulatkan jadi 15. Siapa yang rugi? Rakyat kecil, UMKM, pedagang pasar!” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa psikologi pasar Indonesia sangat sensitif, dan perubahan satuan harga bisa menciptakan:
kebingungan massal,
kenaikan harga diam-diam,
inflasi merayap,
serta peluang penipuan harga.
“Percayalah, ini bisa jadi bencana harga. Jangan main-main!” kata Darmadi.
“Biayanya Triliunan! Untuk Apa? Buat Ganti Papan Harga?”
Darmadi juga menyerang sisi pemborosan anggaran.
“Mesin ATM harus diganti, sistem bank di-upgrade, toko harus ganti label harga, negara cetak uang baru… totalnya triliunan. Untuk apa? Buat potong nol tiga biji? Itu pemborosan!” sentilnya.
Ia menyebut dana miliaran hingga triliunan itu lebih bermanfaat untuk pangan, infrastruktur UMKM, dan stabilisasi harga.
“Investor Bisa Salah Baca, Rupiah Jadi Korban!”
Darmadi memperingatkan bahwa pasar global bisa keliru menafsirkan redenominasi sebagai tanda ada masalah dalam ekonomi Indonesia.
“Investor asing bisa kira ekonomi kita lagi darurat. Ini bisa picu outflow. Rupiah justru makin tersungkur. Ini risiko yang sangat serius!” katanya.
“Tolak Keras! Semua Masalah Ekonomi Bukan Karena Nol Kebanyakan!”
Dalam penutupnya, Darmadi mengeluarkan pernyataan paling keras.
“Saya tolak keras redenominasi! Semua masalah ekonomi kita bukan karena nol kebanyakan. Tapi karena produktivitas rendah, impor tinggi, dan banyak sektor belum efisien. Itu yang harus dibenahi!”
Darmadi mendesak pemerintah menghentikan wacana redenominasi dan fokus pada persoalan fundamental.
“Jangan lempar isu yang bikin gaduh. Fokus perbaiki ekonomi real, bukan utak-atik angka di uang!” tutupnya.