
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Menutup akhir tahun dengan refleksi mendalam tentang makna kepemimpinan, Ikatan Doktor Ilmu Manajemen (IKADIM) bekerja sama dengan Amanah Human Capital (AHC) sukses menggelar Webinar Nasional Happiness Leadership. Kegiatan ini mengangkat tema “Memimpin SDM di Era Penuh Tekanan dan Ketidakpastian”, sebagai ikhtiar menggugah kesadaran akan pentingnya kepemimpinan yang membahagiakan, menyejahterakan, dan memanusiakan manusia di semua level organisasi.
Webinar ini disambut antusias oleh ratusan peserta dari beragam latar belakang—mulai dari unsur pemerintahan, korporasi, organisasi sosial, hingga akademisi—yang merasakan langsung relevansi isu kebahagiaan di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks dan penuh tekanan.
Acara ini menghadirkan *Ketua Umum IKADIM, Dr. Jazuli Juwaini,* sebagai Keynote Speaker, serta empat narasumber nasional dengan kepakaran dan pengalaman lintas sektor, yakni:
*Dr. Dingot Hamonangan Ismail* (Penulis 9 Kebiasaan Manusia Super Bahagia),
*Dr. Baskara Agung Wibawa* (Praktisi Korporasi dan Anggota Komite BPH Migas), *Dr. Sri Sundari* (Pejabat di Lingkungan Setjen DPD RI dan Motivator Energi Kebahagiaan), serta *Dr. Danang Aziz Akbarona* (Penulis From Success to Happiness).
Dalam sambutannya, Dr. Jazuli Juwaini menegaskan bahwa IKADIM bersama AHC mengambil peran strategis untuk menyebarkan nilai kebahagiaan melalui praktik kepemimpinan yang beretika dan berorientasi pada kesejahteraan manusia.
“Pemimpin sejati adalah mereka yang memberi teladan, memiliki tujuan yang jelas, memberdayakan, memotivasi kemajuan, dan menyejahterakan yang dipimpinnya—baik karyawan, masyarakat, maupun bangsa,” ujarnya.
Ketua Umum IKADIM periode 2025–2030 ini juga menekankan bahwa kepemimpinan bukan sekadar jabatan, melainkan amanah yang menuntut pengorbanan dan tanggung jawab penuh untuk membahagiakan orang lain. Ia mengutip Hadits Nabi Muhammad SAW: _“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka."_
“Kita berharap dan berdoa pemimpin bangsa ini benar-benar mencintai rakyatnya dan dicintai rakyatnya, karena di sanalah ada ketulusan, keikhlasan, kesabaran, dan tanggung jawab sejati. Doa yang sama untuk kita semua para pemimpin di levelnya masing-masing,” ujarnya.
Sementara itu, *Dr. Dingot Hamonangan Ismail* menguraikan bahwa kebahagiaan yang langgeng dan berkualitas tidak bersifat instan, melainkan dibangun di atas sembilan pilar utama, antara lain iman dan takwa, zikir–pikir–sabar–syukur, keluarga atau tim yang bahagia, kinerja unggul, serta mengisi waktu dengan pekerjaan yang baik dan bermanfaat.
Pakar SDM dan Asesor BNSP ini menegaskan bahwa kebahagiaan tertinggi adalah perjumpaan dengan Allah SWT, yang harus dipersiapkan dengan mempertanggungjawabkan seluruh amanah kehidupan. “Pemimpin yang sadar akan hal ini akan terus berkarya, mewariskan legacy, dan mencetak kader,” jelasnya.
Dari perspektif korporasi, *Dr. Baskara Agung Wibawa* memaparkan realitas kepemimpinan di dunia usaha yang kerap dihadapkan pada karyawan yang tidak bahagia dan mengalami demotivasi. Menurutnya, pemimpin memiliki peran kunci untuk menghadirkan kebahagiaan dengan menjadi sosok yang melindungi, memberi rasa aman, sekaligus membangun organisasi yang kondusif bagi pertumbuhan dan keberlanjutan.
Menurut Anggota Komite BPH Migas jalan kepemimpinan yang membahagiakan memungkin semua potensi SDM dalam organisasi keluar menjadi nyata, terus tumbuh mencapai titik maksimalnya. Mereka merasa nyaman, bermakna, dihargai, dan bertumbuh sebagai manusia.
Adapun *Dr. Sri Sundari* menekankan bahwa inti kebahagiaan terletak pada kesadaran akan rahmat Tuhan yang melekat dalam diri setiap manusia, seperti nafas, usia, dan berbagai kekayaan nonmateri lainnya. “Akar kebahagiaan bersifat internal dan harus terus ditumbuhkan sepanjang hayat,” tuturnya.
Pejabat di lingkungan Sekretariat DPD RI ini mengajak peserta untuk terbiasa berbuat baik, berprasangka baik, menerima semua takdir dengan ikhlas, sabar, dan tawakal sambil terus berikhtiar menjadi pribadi dengan kemampuan dan kepribadian terbaik.
Menutup rangkaian pemaparan, *Dr. Danang Aziz Akbarona* menyimpulkan bahwa puncak kebahagiaan bermuara pada spiritualitas. Ia merujuk pada teori kecerdasan mutakhir yang menyatakan bahwa the ultimate intelligence adalah kecerdasan spiritual. “Pemimpin yang membahagiakan adalah mereka yang bekerja dengan tujuan, penuh makna, bermanfaat, dan berpijak pada nilai-nilai kebenaran serta kebaikan,” tegasnya.
Pemimpin yang membahagiakan mampu mengelola SDM sesuai fitrahnya yang holistik, bahwa manusia bukan sekadar makhluk fisik, tapi justru manusia sejatinya adalah makhluk spiritual. Dengan spiritualitas yang baik semua potensi lainnya fisik, intelektual, dan emaosional akan terbuka dan berkembang pesat.
Webinar Nasional Happiness Leadership ini menjadi penutup tahun yang bermakna, sekaligus penegasan komitmen IKADIM dan Amanah Human Capital untuk terus mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin yang tidak hanya sukses secara struktural, tetapi juga mampu menghadirkan kebahagiaan dan harapan di tengah ketidakpastian zaman.