Opini
Oleh Djoko Edhi S Abdurrahman pada hari Minggu, 12 Jul 2015 - 23:59:57 WIB
Bagikan Berita ini :

Petisi 32, Ikhtiar Rakyat Mengingatkan Jokowi

60Jokowi.jpg
Jokowi (Sumber foto : Ist)

TEROPONGSENAYAN - Pada Rabu, 9 Juli 2015 lalu sudah rampung disusun Petisi 32 di Tebet, Jakarta. Dibuat khusus untuk Presiden Jokowi, mereka tak menggunakan Nostradamus. Tak ada dukun. Tapi sepakat indikatorekonomi AEPI yang dibuat Salamudin Daengitu meresahkan; jika tak ada upaya lebih keras, tanah air akan lebih gawat daripada perang saudara Mexico atau krisis Athena. Tak ada kata yang berbunyi “Jokowi harus mundur, atau gulingkan Rezim Jokowi!” Tapi semua sepakat, sikon itu sangat serius.

“Bagaimana kita harus mengungkapkan ini kepada Presiden?” tanya Bursah Zarnubi yang memimpin rapat dengan egaliter. Ada banyak orang hebat di situ, sejumlah doktor yang namanya dikenal luas di seantero aktivis. Disebut Petisi 32, karena ada 32 orang yang menjadi Ketua Pokja sekaligus pengendali petisi serial itu, termasuk saya.

Tadinya Hatta Taliwang bikin What’s Up (WA), mengundangi sejumlah tokoh nasional untuk ngerumpi. Ia beri nama WA itu “Peduli Negara”. WA itu didominasi anggota dan eks anggota DPR, tokoh masyarakat, para ahli, aktivis, politisi, hingga menteri. Lalu mengalirlah sejumlah masalah, dan berhenti pada kegagalan Rezim Jokowi menghadang resesi.

***

Apapun, saya suka rapat tadi malam. Tak ada penghujatan, memandang masalah Jokowi sebagai masalah bersama.

Sebab, saya lebih suka Petisi 32 itu layaknya essay George Orwell, di mana orang-orang bahu membahu, menisbatkan diri sebagai brotherhood menghadapi kerasnya perang saudara di Mexico. Tak ada penistaan, karena mereka bersaudara. Mungkin masih ada waktu untuk berdemo ke Istana Jokowi, besok atau lusa. Atau lebih satir menyaksikan Presiden Jokowi rubuh, seperti saya tulis tiga bulan lalu di www.otentiknews.com. Sesungguhnya, Petisi 32 itu bukan apa-apa. Tak lebih dari gejolak debu di seantero tanah air yang sedang krisis, menderita. Dan, rakyat adalah debu. Debu Kekuasaan!

***

Dalam catatan Petisi 32, sampai tadi malam, Menteri Keuangan masih bertengkar dengan Gubernur BI tentang sejumlah jalan keluar. Saya sendiri berpendapat, cuma ada satu jalan selamat: berutang sebesar-besarnya! Lalu duit utangan itu ditabur ke pasar. Hasilnya, percepatan laju arus uang, perluasan penyerapan Naker, peningkatan daya beli, mendongkrak kegiatan ekonomi yang lesu itu. Sebaliknya, dampak lanjutan, akan memicu inflasi besar-besaran jika upaya itu gagal. Siapa berani bertaruh?

Tapi BI (Bank Indonesia) beda pendapat dengan Depkeu. BI penjaga JUB (M) itu, ngeri dengan penambahan utangan. High risk! Tapi mana ada low risk dalam keadaan resesi? You tinggal pilih, mati dengan melawan, atau mati dengan mandah. Tak ada yang beresiko kecil saat ini. Perhatikan indikator AEPI ini, adalah rapor merah Rezim Jokowi karena gagal menghadang resesi: utang luar negeridengan kurs Rp. 13.300 /USD, segera bertambah jadi Rp. 3.987 triliun dari yang tadinya Rp. 2.700 triliun, bulan lalu. Utang ini baru sekitar 30%, dan bisa naik ke 70% PDB. Asal pemulihan itu bisa diperkirakan berhasil. Why not?

Kini, posisi pinjaman luar negeri pemerintah dan BI menurut mata uang utama Kwartal I, 2015 adalah 132,755 miliar USD. Utang multilateral ADB, Bank Dunia, IMF tumbuh menjadi 52,172 miliar USD Kwartal I, 2015. Utang luar negeri swasta Kwartal IV, 2014 adalah 163,437 miliar USD, menjadi 165,305 miliar USD, Kwartal I. 2015. Surat hutang negara (SUN)adalah biaya untuk menjalankan pemerintahan tumbuh: Rp. 1,112,059 triliun, November 2014, menjadi Rp. 1,190,694 triliun, Mei 2015.

Cadangan devisa, Mei 2015, 110,8 miliar USD. Surplus neraca perdagangan nonmigas lebih rendah akibat turunnya ekspor nonmigas yang negatif 8,0% (YoY). Sedang defisit pendapatan primer Kwartal 1, 2015 adalah 6,520 miliar. Investasi langsung Kwartal I, 2015 adalah 2,320 miliar USD, lebih rendah ketimbang Kwartal IV, 2014, yang Rp. 2,998 miliar USD.

Transaksi bayar via Real Time Gross Settlement (RTGS) dan kliring menurun. Resiko kredit perbankan:NPL dan rasio cicilan utang terhadap pendapatan (Debt Service Ratio/DSR) rumah tangga meningkat.

Data finansial tadi, segera menakutkan ekonom Jokowi, masalah sebenarnya kegagalan menghadang resesi ada di diri Rezim Jokowi. Mereka yang berasal dari eksponen Neolib murni, segera ketakutan untuk mengguyur pasar dengan utangan karena berakibat inflasi. Para ekonom Neolib, ditandai dengan phobia terhadap push up inflation. Untungnya domino efffect kini berjalan evolusioner, masih punya kesempatan utk konsolidasi, portofolio maupun pasar, tapi toh gagal dihadang! Berbeda dengan Juli 1997, revolusioner, kurva patah, dari kurs Rp. 2.200 dalam dua bulan menjulang ke Rp. 15.000 dan berhenti pada Rp. 12.000 Mei 1998 ketika Presiden Soeharto lengser ke prabon.

***

Kelompok masyarakat yang menyebut diri Petisi 32 itu, dapat saya klasifikasikan sebagai kumpulan idealis. Mereka menamakan dirinya rakyat, sehingga Petisi 32 itu bernama lengkap “Petisi 32 Rakyat Indonesia”. Kelompok ini kuat, terbesar nasional, sebab yang jadi anggota adalah pemilik jaringan aktivis berskala nasional. Tak merasa besar, seperti debu, mereka hanya ingin menyampaikan penderitaan rakyat yang makin merintih berat jika Rezim Jokowi gagal kian dalam menghadang resesi ini.

Tak ada ramalan untuk Rezim Jokowi jika terus gagal, namun prediksi ekonomi bukanlah dukun atau Nostradamos. Itu keniscayaan politik. Petisi 32 itu, seperti debu, akan beterbangan ke mana-mana, sambil menjeritkan suara debu. Debu yang menyakitkan, tatkala badai resesi menghalaunya, sudah pula terlambat untuk membaca pembukaan konstitusi – ketika lapar menyerang tengah malam.

*Penulis: Mantan Anggota DPR RI

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #Jokowi  #petisi 32  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Blockchain Untuk Koperasi Indonesia

Oleh Radhar Tribaskoro (Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia)
pada hari Selasa, 05 Nov 2024
Sejak kemerdekaan, koperasi di Indonesia berkembang sebagai simbol ekonomi rakyat yang berbasis gotong royong, berperan penting dalam upaya mewujudkan kedaulatan ekonomi. Pada masa awal, koperasi ...
Opini

Mentalitas Kasino

Dalam dunia yang penuh dengan mimpi-mimpi besar, mungkin ada di antara kita yang membayangkan Indonesia sebagai Tanah Air yang tenteram, adil, dan sejahtera. Tapi tunggu dulu. Ternyata, harapan itu ...