JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Hafisz Tohir menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak paham dengan ekonomi internasional.
Pasalnya, ekonomi Indonesia saat ini terus mengalami keterpurukan yang mengakibatkan pendapatan negara berkurang dan berdampak pada hutang ke luar negeri.
Hal ini bisa dilihat dari posisi Debt Service Ratio (DSR) atau rasio utang Indonesia di triwulan I 2015 yang sebesar 56,08 persen sudah mengkhawatirkan dan melampaui batas aman yang ditetapkan lembaga keuangan Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 30 persen.
"Ngurus ekonomi dalam negeri saja dia (Jokowi) gak mampu, lihatlah semua karut marut. Bahaya kita di bibir jurang kegagalan," kata Hafisz kepada TeropongSenayan, Kamis (30/7/2015).
Kendati demikian dirinya mengakui, di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi memang tidak semua sektor gagal.
"Tidak semuanya gagal. Namun dalam ekonomi Jokowi gagal," ungkapnya.
Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengingatkan pemerintah, dengan adanya DSR ini Presiden Jokowi harus segera mencari penyelesaian agar tak berdampak pada investor.
"Dampaknya sangat bahaya, jika kita sudah melewati angka aman DSR-nya maka dana pembangunan akan tersedot semua kebayar hutang. Akibatnya pembangunan terhambat dan beban hutang semakin berat dan ini akan mempengaruhi masuknya investasi ke Indonesia," paparnya.
Kondisi ini, kata Hafisz, bisa menjadi peringatan bahwa tingkat kepercayaan publik akan turun. Artinya Indonesia memasuki negara lampu kuning menuju merah seperti yang terjadi di Italy dan Spanyol serta Yunani.
Menurut data di laman Bank Indonesia (BI), posisi DSR pada kuartal I 2015 sebesar 56,08 persen, naik dibanding kuartal IV 2014 sebesar 51,6 persen.(yn)