JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Kondisi perekonomian Indonesia saat ini tengah mengalami keterpurukan. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang telah menembus angka Rp 14.000 membuat semua kalangan resah. 'Hantu' krisis ekonomi tahun 1998 pun menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat.
Namun, pemerintah selalu mengklaim kondisi saat ini masih berada pada level aman, bahkan tak jarang menyalahkan situasi dan pihak lain.
Baca juga :Benar Kata Pak JK, Negara Ini Bisa Hancur Dipimpin Jokowi
Berikut jawaban santai Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Pemerintah ketika menyikapi pelemahan nilai tukar rupiah:
1. Salahkan Kondisi Politik
Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS, Rabu (8/10/2014) yang berada di posisi Rp 12.241 per dolar AS. Presiden terpilih Joko Widodo mengatakan penyebab menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terjadi karena kondisi politik Indonesia yang terjadi saat ini. Menurutnya, pasar merespon negatif hasil pergolakan politik yang tengah terjadi di Indonesia. Termasuk diantaranya pertarungan pemilihan pimpinan MPR RI dan DPR RI. Pimpinan dua lembaga negara tersebut diduduki oleh Koalisi Merah Putih (KMP).
2. Salahkan Pemerintahan SBY
Rupiah pada (18/12/2014) melemah hingga hampir menembus Rp13.000 per dolar AS. Pemerintahan Joko Widodo menyalahkan kebijakan ekonomi era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca juga :Jokowi Pasang Karpet Merah Buat Tenaga Kerja China
3. Situasi Politik Yunani
Rabu (7/1/2015) nilai tukar rupiah mengalami pelemahan hingga Rp 12.930 per dollar Amerika Serikat. Pemerintah pun kemudian menuding faktor situasi politik di Yunani sebagai penyebab pelemahan rupiah.
4. Salahkan Tiongkok
Pada awal perdagangan di pasar spot, Senin (2/3/2015), nilai tukar rupiah melemah hingga menyentuh level 13.000. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah pada awal pekan ini, Senin (2/3/2015) akibat proyeksi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
5. Kiriman TKI Kecil
Penutupan perdagangan Rabu (11/3) ditandai dengan merosotnya nilai tukar rupiah sebesar 0,75 persen menjadi Rp 13.192 per USD. Di sisi lain, sejumlah mata uang regional menguat. Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menilai, rupiah rentan melemah lantaran kiriman uang TKI ke Tanah Air cukup kecil hanya USD 7 miliar per tahun.
6. Pengaruh Bank Sentral The Fed
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebut, ketidakpastian kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed masih disebut menjadi penyebab utama pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
7. Dikepung Berbagai Mafia
Presiden Jokowi menuding kepungan para mafia memberikan dampak negatif bagi perkembangan perekonomian Indonesia.
8. Salahkan Dollar
Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara menegaskan, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini bukan fenomena rupiah melainkan fenomena dolar.
9. Berdalih Konflik Korut-Korsel
Presiden Joko Widodo mengatakan, saat ini memang telah terjadi perlambatan ekonomi dunia, bukan hanya di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena kembali memanasnya hubungan Korea Utara dan Korea Selatan.
10. Ekonomi Global
Laju nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan, Senin (24/8/2015) tembus Rp14.000 per USD, pun laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk hingga 5 persen ke level 4.100-an.
Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapinya dingin. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menegaskan, perlambatan ekonomi terjadi lantaran pengaruh kondisi ekonomi global, seperti krisis Yunani hingga devaluasi mata uang China, Yuan.(yn)