JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pengamat politik dari Monash Institute Mohammad Nasih menilai bahwa melemahnya kondisi perekonomian bangsa saat ini tidak terlepas dari ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola sebuah negara.
"Jika urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saatnya. Itu adalah kaidah dasar umum," katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin (28/8/2015).
Ia minta sebaiknya Jokowi mempercepat diri dalam belajar dalam menjadi seorang pemimpin.
"Dan para elite politik belajar memilih pemimpin yang benar untuk rakyat," tandas dia.
Elit politik kata dia, jangan hanya berpikir kepentingan jangka pendek. Jangan hanya karena populer, lalu dijadikan presiden. Ia lalu merujuk pada komentar JK terkait rencana pencalonan Jokowi karena tingginya popularitas pada 2014 lalu.
"Bisa hancur negara ini. Pak JK sudah benar," terang dia.
Saat ditanya apakah Jokowi layak untuk mundur, Nasih menyatakan bahwa partai-partailah yang seharusnya tajam mengkritisi kinerja pemerintahan saat ini.
"Saya tidak mau mendesak Pak Jokowi lagi untuk mundur. Sebab, jadi presiden itu prestisius. Saya mendesak kepada partai-partai untuk mengkritisi pemerintahan yang sudah tidak memiliki kemampuan ini. Dan kalau memang sudah tidak ada harapan signifikan lagi, ya memang harus dicarikan pemimpin baru," tegas dia.
Lebih lanjut Nasih mengatakan bahwa saat ini dibutuhkan figur pemimpin yang bisa menjawab persoalan bangsa secara konkret.
"Jangan sampai terlambat. Makin cepat, makin baik. Tidak sekedar baru, tapi harus benar-benar yang negarawan. Jangan yang lebih mengedepankan jangka pendek," sindirnya.
Saat ditanya bagaimana cara mendapatkan figur pemimpin yang visioner, Nasih menekankan agar dalam memilih pemimpin tidak bertumpu pada popularitas semata.
"Caranya ya kita cari bersama-sama, dengan kualifikasi yang jelas. Jangan hanya sekedar popularitas. Media juga harus memberikan pendidikan politik dengan benar, Jangan hanya mengikuti arus, apalagi membela yang bayar," tuturnya. (iy)