JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Anggota Komisi VII DPRRI Katherine A. Oendoen mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini dalam kondisi tertekan. Karena itu, ia mendesak agar pemerintah lebih fokus pada sisi fiskal negara.
"Yaitu mengamankan penerimaan negara baik saat ini maupun perkiraan APBN di tahun 2016. Tapi sisi moneter silahkan BI mengambil tindakan untuk menyehatkan rupiah dengan instrumen ekonomi makro yang menjadi kewenangannya," ujar Katherine di gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/8/2015).
Anggota dewan dari Dapil Kalimantan Barat ini menjelaskan, fluktuasi dan pergerakan harga minyak saat ini sedang tidak menentu. Pergerakan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) saat ini sedang menuju ke titik nadir, di mana harga ICP di pasar bergerak sekitar 40 USD per barel.
Katherine memaparkan bahwa kenyataan harga crude dipasar dunia saat ini berkisar 43 US Dollar per barel. Sedangkan Menteri ESDM Sudirman Said dalam rapat dengar pendapat dengan komisi VII DPR RI mengajukan asumsi ICP 60 USD per barel untuk perkiraan APBN tahun 2016.
"Menurut saya yang penting bagi pemerintah adalah memastikan atau mengamankan penerimaan negara berapapun pergerakan ICP akibat kebijakan moneter negara lain yang berimbas pada situasi makro ekonomi di dalam negeri ataupun karena memang faktor internal sendiri," ucapnya.
Disampaikan Katherine, saat ini trend harga minyak mentah dunia cenderung menurun. Tetapi, lanjutnya, bukan berarti harga minyak mentah tidak bisa bergerak naik mendekati 100 USD perbarel.
"Hal itu dapat mungkin terjadi apabila cadangan minyak mentah di gua-gua tempat penyimpanan crude oil amerika sudah penuh atau negara-negara OPEC menurunkan produksinya untuk membanjiri pasar minyak dunia," ungkapnya.
Lebih dari itu, ia berharap pemerintah juga harus dapat memastikan APBN dapat mencukupi kebutuhan BBM yang terus meningkat seiring peningkatan jumlah produksi kendaraan bermotor.
"Disamping itu pemerintah harus memprioritaskan penguatan sisi supply Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui formula teknologi dalam negeri untuk mengolah crude oil dengan biaya produksi yang lebih murah, minimal sama dengan Singapore," tandasnya.(yn)