JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - PT Pertamina (Persero) hari ini menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan mitra strategisnya, Kuwait Petroleum Corporation, untuk pengembangan bisnis migas dan energi terbarukan.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan CEO Kuwait Petroleum Corporation Nizar Mohammad Al-Adsani di Jakarta, Senin (31/08).
“Kami sangat senang dengan kesepahaman ini sebagai awal dimulainya upaya mencari dan menciptakan peluang-peluang dan potensi kerjasama strategis kedua perusahaan. Dalam situasi bisnis yang sangat menantang seperti saat ini aliansi dari dua National Oil Company dari dua negara bersahabat ini menjadi sangat penting bagi strategi bisnis hulu hingga hilir kedua perusahaan,” kata Dwi dalam siaran persnya.
MoU tersebut akan menjadi landasan bagi kedua perusahaan untuk melakukan kajian bersama mengenai potensi kerjasama di bidang minyak dan gas bumi, termasuk juga energi baru dan terbarukan di Indonesia, Kuwait, maupun di wilayah negara lainnya. Kajian yang akan dilakukan diantaranya kajian teknikal, komersial maupun finansial baik di upstream, midstream maupun downstream termasuk di bidang pemasaran, pengolahan, infrastruktur dan petrochemical.
Sebagaimana diketahui, saat ini Pertamina memiliki pertumbuhan bisnis upstream yang cukup baik dengan produksi minyak pada kuartal II 2015 tumbuh sekitar 8% (y-o-y) pada level 274.03 ribu barel per hari dan gas stabil di posisi 1,6 BSCFD. Sekitar 27% dari total produksi minyak perusahaan disumbangkan dari operasinya di luar negeri.
Dari sisi midstream, Pertamina terus meningkatkan efisiensi kilang domestik sehingga dapat bersaing di level regional. Selain melakukan optimasi, Pertamina saat ini menyiapkan dua program utama di bidang pengolahan, yaitu Refinery Development Masterplan Program (RDMP), dan New Grass Root Refinery (NGRR) untuk menciptakan kilang dengan kompleksitas tinggi, peningkatan kapasitas dari 1 juta BPH menjadi 2,3 juta BPH pada 2025, serta mengintegrasikannya dengan petrochemical.
Adapun, di sektor pemasaran, infrastruktur penyimpanan, transportasi dan distribusi, serta outlet penyaluran BBM Pertamina relatif merata dan menjangkau seluruh pelosok nusantara. Saat ini, Pertamina memiliki kapasitas penampungan BBM sekitar 5 juta KL dengan rencana penambahan kapasitas 1,5 juta KL dalam 5 tahun ke depan, serta 6.835 lembaga penyalur, dengan 5.399 unit diantaranya berupa SPBU.
“Hal ini menjadi kekuatan kompetitif yang dimiliki Pertamina untuk dapat mendominasi pasar di dalam negeri,” pungkas Dwi.(yn)