JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Kegelisahan para pelaku usaha menjelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akhir 2015 ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga dirasakan oleh pelaku usaha di hampir seluruh negara Asia Tenggara, khususnya Singapura dan Malaysia.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir mengatakan, dalam beberapa kunjungannya ke beberapa negara Asean, mereka juga mengaku khawatir MEA akan memukul pelaku usaha dan tenaga kerja di negaranya.
"Ternyata sama saja, semua (negara Asean) juga khawatir. Mereka juga masih meraba-raba apa (dampak) yang akan terjadi nanti," kata Nasir disela-sela acara seminar ISEI bertema Upaya Meningkatkan Kualitas SDM Indonesia untuk Menghadapi Persaingan MEA di kampus Universitas Mercubuana, Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Karena itu, Nasir meminta para pelaku usaha dalam negeri agar tidak terlalu khawatir yang berlebihan dengan pelaksanaan MEA 2015.
Sebab, kata dia, justru yang paling ditakuti negara lain itu Indonesia. Dengan jumlah penduduk 250 juta, itu artinya jumlah pelaku usaha di Indonesia juga paling banyak dibanding negara lain.
Karena itu, lanjut Nasir, begitu pasar Asean dibuka, maka potensi terbesar untuk 'menyerbu' adalah pengusaha dan tenaga kerja Indonesia.
Diakuinya, pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah persiapan. Namun, kunci utama dalam kompetisi regional dan global adalah daya saing.
Bahkan, tambah Nasir, Indonesia akan banyak diuntungkan dengan dibukanya MEA 2015. Ia mencontohkan, tenaga kerja medis maupun profesional lain asal Indonesia yang sebelumnya kesulitan mencari kerja akhirnya bisa menyerbu negara lain seperti Singapura atau Malaysia.
"Mereka (pelaku usaha) di Singapura dan Malaysia pasti akan mempertimbangkan tenaga kerja Indonesia yang masuk. Kalau kita siap digaji 500 dolar, kenapa mereka harus mempertahankan pekerja disana yang bergaji 1000 dolar?, Sebaliknya, mana mau perawat Singapura atau Malaysia ke Indonesia. Kan gajinya jauh lebih besar di sana," ujar Nasir. (mnx)