JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Sekretaris Umum Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (ASPEBINDO) Ekawahyu Kasih mengatakan, berdasarkan data perencanaan mega proyek listrik 35.000 Megawatt (MW) yang dimiliki Perusahan Listrik Nasional (PLN), tidak ada pemetaan yang jelas bagaimana menjalankannya.
Program Nawacita menargetkan hingga 2019 Indonesia sudah memiliki 35.000 MW energi listrik guna meningkatkan rasio elektrifikasi dalam negeri dari 84 persen menjadi 100 persen. Program itu juga bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, mengingat 8,9 juta rumah tangga belum teraliri listrik.
"Tapi itu di mana? Berdasarkan data yang kami peroleh dari PLN itu tidak ada penjabarannya. Sebab itu prioritas untuk rakyat harus dipetakan supaya Indonesia tahu," katanya dalam diskusi bertajuk "35.000 MW Untuk Siapa?" HIPMI Center, Menara Bidakara 2, Lantai 8, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (5/10/2015).
Selain itu, Ekawahyu juga menyayangkan tidak jelasnya target pembangunan, apakah mega proyek tersebut untuk kebutuhan rumah tangga, atau industri bisnis, mengingat yang belum menikmati listrik tersebut adalah rumah tangga di daerah pelosok luar pulau jawa.
"Berapa bisnis, berapa rumah tangga tidak terpetakan. Sehingga kita bingung ini untuk siapa?," imbuhnya.
Selain itu, ia juga menyoroti asumsi pertumbuhan ekonomi yang dimiliki PLN untuk menjalankan mega proyek itu. Dari data yang ia peroleh, dari 2015 hingga 2019, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,1%, dibutuhkan 36.787 MW.
"Pertumbuhan ekonomi sekarang? Mungkin 5,1. Jadi itu harus direvisi," tambahnya.
Jika pemerintah tidak merevisi target pembangunan tersebut, Ekawahyu mengkhawatirkan akan banyak pihak yang dirugikan, misalnya perbankan dan industri.
"Mungkinkah 35 ribu MW? Menurut pengusaha sudah tidak mungkin," tandasnya.(yn)