JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Wacana permintaan maaf oleh negara terhadap tokoh bangsa, tokoh pahlawan atau kelompok politik berideologi tertentu sempat mengemuka. Seperti isu yang sempat santer, presiden Jokowi akan meminta maaf kepada PKI yang pada akhirnya dibantah oleh Istana.
Dan yang terbaru, muncul juga usulan supaya negara meminta maaf terhadap tokoh proklamator sekaligus presiden pertama RI, Soekarno (Bung Karno). Alasannya, Bung Karno merupakan tokoh yang dalam sejarahnya menjadi korban fitnah dengan dianggap bagian dari PKI.
Penulis buku "Aku Bangga Jadi Anak PKI" Ribka Tjiptaning Proletariyati mengatakan, tidak perlu presiden atas nama negara secara verbal mengeluarkan pernyataan minta maaf.
Menurutnya, permintaan maaf yang dilakukan secara seremonial bukan solusi yang tepat bagi persatuan bangsa.
"Nggak perlu minta maaf, yang paling penting hapuslah stigma," ujar politisi PDIP tersebut di gedung DPRRI, Jakarta, Rabu (7/10/2015).
Anggota Komisi IX DPR itu menjelaskan, stigma negatif yang disematkan terhadap seseorang justru akan membebani dan membahayakan persatuan bangsa. Karena, lanjut Ribka, akan sangat mungkin oknum tertentu yang ingin mengganggu persatuan bangsa menggunakan stigma sebagai alat profokasi untuk mengadu domba.
Ribka menegaskan sudah saatnya masyarakat bersama-sama dengan negara mengubur dosa-dosa sejarah masa lalu. Karena, kata dia, modal utama persatuan bangsa hanya dapat diawali dengan menghilangkan identifikasi buruk dan stereotipe negatif antar entitas di Indonesia satu sama lainnya.
"Ayo hapus stigma. Yang paling penting adalah pelurusan sejarah. Dan satu sama lain bertemu, bersatu" ucapnya.
Ribka mengungkapkan keyakinannya bahwa anak-anak dari para tokoh politik masa lalu sebenarnya sudah saling menunjukkan inisiatifnya untuk bertemu dan saling minta maaf.
"Saya yakin, anak-anak pak Harto (Soeharto), bu Titiek (Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto) dan Tommy (Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto) sudah bertemu dengan bu Mega, mungkin sudah saling minta maaf. Seperti saya juga misalnya, dengan mas Ilham dan anak-anak tokoh NU. Sering kita bertemu, kumpul-kumpul. Tinggal bagaimana selanjutnya," ungkapnya.
Sebelumnya, gagasan supaya negara meminta maaf kepada Bung Karno muncul dari politisi PDIP, Ahmad Basarah. Karena dianggap sebagai bagian PKI, alasan Basarah, Bung Karno akhirnya menjadi korban politik hingga harus diturunkan dari kursi presiden saat itu.(yn)