JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) akhirnya menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 3,5 triliun. PMN ini akan digunakan emiten berkode ANTM tersebut untuk menyelesaikan pembangunan pabrik feronikel di Maluku Utara.
Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Tedy Badrujaman mengatakan, pemerintah telah mencairkan dana sebesar Rp 3,5 triliun untuk melaksanakan haknya dalam rights issue Antam. Dengan PMN ini, terbukti bahwa pemerintah sangat mendukung industri pertambangan di Indonesia.
"Ini merupakan wujud dukungan Pemerintah terhadap UU Minerba yang mendorong industri untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi,” kata Tedy dalam siaran persnya, Senin (26/10/2015).
Dari total dana hasil rights issue sebanyak-banyaknya sebesar Rp 5,4 triliun ini, sebesar Rp 3,5 triliun akan dipergunakan untuk penyelesaian pembangunan proyek Pabrik Feronikel Haltim Tahap I yang akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel sebesar 13.500 – 15.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.
Sedangkan sisanya akan digunakan untuk membiayai modal kerja yang terkait dengan kegiatan operasional ANTAM dan biaya pengembangan usaha Perseroan terkait dengan peningkatan kapasitas produksi. Komitmen investasi berkelanjutan Antam dalam kapasitas produksi feronikel akan memperkokoh Antam sebagai produsen logam dasar dan logam mulia yang terintegrasi secara vertikal, sehingga meningkatkan daya saing dan nilai tambah Antam dalam pasar global.
Tedy menjelaskan, Antam terus berupaya menjadi produsen feronikel dengan biaya yang terendah dengan didukung oleh sumber cadangan yang berskala besar, sehingga menjadikan Antam salah satu pemain utama dalam industri feronikel.
"Dalam kondisi harga komoditas dunia yang masih belum optimal, Antam tetap berupaya meningkatkan efisiensi dalam kegiatan operasionalnya untuk menjaga marjin profitabilitas," ujar Tedy.
Hal ini sangat penting untuk menjaga kesinambungan usaha dalam kondisi saat ini, dimana hanya produsen yang efisien yang dapat bersaing di dalam industri feronikel. Pada semester I 2015, Antam masih membukukan operating profit margin yang positif di tengah melemahnya harga nikel.
"Hal ini dikarenakan biaya cash cost ANTAM yang rendah. Ditambahkan pula bahwa proses rights issue berjalan dengan baik, dimana beberapa investor utama juga sudah menyatakan minatnya untuk melaksanakan haknya," pungkasnya.(yn)