JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Turunnya produksi gula dan garam saat ini, karena pemerintah belum sepenuhnya memberikan perlindungan kepada industri gula dan garam nasional. "Belum ada perhatian serius dari pemerintah kepada petani ini. Bahkan para petani tebu masih kesulitan mendapatkan pupuk yang murah," kata Ketua Komisi VI Hafizs Tohir kepada TeropongSenayan di Jakarta, Kamis (11/12/2014)
Hal yang sama, kata politisi PAN, juga dialami petani garam yang nasibnya semakin terpuruk. Apalagi harga jual garam terus menurun. Penyebabnya, karena pemerintah masih mengandalkan impor garam dari negara lain. "Sangat aneh jika kita mengimpor garam, padahal garis pantai kita sangat panjang," imbuh adik kandung Ketua umum PAN, Hatta Radjasa.
Hafisz mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak serius membenahi persoalan ini. Dengan kata lain tidak ada keberpihakan kepada petani nasional. "Kita hanya berorientasi kepada keuntungan jangka pendek. Dari sisi dagang memang untung beli gula rafinasi," ungkap pria asli Sumatera Selatan.
Namun dari sisi ekonomi nasional, lanjut Hafisz, jelas akan meruntuhkan sendi-sendi pertanian yang pada akhirnya menghancurkan industri pertanian gula tebu dan garam. "Perlu kebijakan impor yang berpihak kepada petani dan industri dalam negeri. Lama-lama kok Jokowi lebih kapitalis dari visi dan misinya," pungkas dia. (ec)