SUBANG (TEROPONGSENAYAN) - Seiring kebijakan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mencanangkan percepatan implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (5/1). Dalam pernyataannya, Mendag menyatakan SRG berperan penting dalam mewujudkan stabilitas harga komoditas, terutama bahan pokok.
"Kemendag mengelola berbagai instrumen untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga bahan pokok dan barang penting seiring dengan kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM. Salah satu instrumen yang berperan penting mewujudkan stabilisasi harga adalah Sistem Resi Gudang (SRG)," tegas Rachmat Gobel.
Menurut Mendag, SRG dapat menjadi salah satu instrumen pengukuran ketersediaan stok nasional, khususnya terkait dengan bahan pangan seperti beras, gabah, dan jagung. Hal inidimungkinkan karena data ketersediaan stok di setiap gudang SRG terintegrasi melalui suatu Sistem Informasi Resi Gudang (IS-WARE) yang dikelola oleh Pusat Registrasi.
Melalui IS-WARE,pemerintah dapat mengetahui ketersediaan komoditas di setiap wilayah lokasi gudang SRG sehingga dapat menjadi alat bantu bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait dengan penyebaran (distribusi) dan penyediaan bahan pangan (impor) di daerah-daerah dalam menciptakan ketahanan pangan nasional. "Dengan adanya keterpantauan stok nasional oleh pemerintah, serta mekanisme tunda jual dan pembiayaan yang dilakukan/diperoleh oleh petani, maka SRG dapat berperan dalam mewujudkan stabilitas harga komoditas," jelasnya.
Intervensi pemerintah dalam pengendalian harga komoditas strategis, khususnya pangan seperti gabah, beras, dan jagung, dapat mulai dikurangi. Hal ini dimungkinkan karena petani yang selama ini tidak memiliki posisi tawar akan mampu menentukan jumlah pasokan komoditas di pasar, sehingga harga komoditas juga dapat mereka kendalikan sendiri. Selain itu, ketidak-akuratan informasi ketersediaan pasokan dalam negeri juga dapat dihindari, sehingga kebijakan impor yang akan dilakukan pemerintah menjadi lebih tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat sasaran.
Instrumen lain yang dilakukan Kemendag dalam melakukan penstabilan harga komoditas yaitu (1) menciptakan pasar lelang, (2) membuat SRG, (3) mengambil kebijakan distribusi bahan pokok, (4) pengelolaan stok dan ekspor-impor, (5) pengaturan perdagangan antarpulau dalam rangka mengintegrasikan pasar dalam negeri dengan tujuan menjaga keseimbangan antara daerah surplus dan defisit serta memperkecil harga antardaerah, (6) pemasaran produk unggulan daerah, (7) mencegah beredarnya barang selundupan dan meniadakan hambatan perdagangan antarpulau.
Mendag Rachmat berharap sinergi pemerintah daerah, khususnya Bupati Subang, Kepala Dinas Perdagangan, pelaku usaha, petani, koperasi, kelompok tadi, pabrikan, perbankan, badan penyuluh pertanian, pengelola gudang dan asuransi dapat mempercepat implementasi pelaksanaan SRG ini. "Saya mengajak para pihak (stakeholders) yang akan melaksanakan dan memanfaatkan SRG agarbersatu padu meningkatkan kerjasama dan saling bersinergi, sehingga implementasi SRG dapat terlaksana lebih cepat dan lebih luas serta sekaligus dapat meningkatkan kualitas, menyediakan akses pembiayaan, dan daya saing, serta ke depannya dapat mendorong ekspor," ujar Mendag.
Sebagai apresiasi atas perkembangan implementasi SRG di Kabupaten Subang yang baik, maka pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan memberikan 1 (satu) Rice Milling Unit dan 1 (satu) buah truk untuk gudang SRG milik Pemerintah di Kabupaten Subang ini. Pemberian sarana tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan fasilitasi, efisiensi, dan nilai tambah dalam pemanfaatan SRG.
"Saya juga mengharapkan kabupaten lainnya dapat mengikuti Kabupaten Subang untuk segera mengimplementasikan SRG, baik pada gudang pemerintah maupun swasta dan BUMN seperti Bulog, sehingga dapat segera dimanfaatkan masyarakat luas," katanya seraya menyampaikan penghargaan dan terima kasih pada semua pihak yang menyukseskan pencanangan percepatan implementasi SRG di Subang ini. (b)