JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Dalam dua tahun kepemimpinannya, pemerintahan Jokowi-JK belum mampu menurunkan tingkat pengangguran. Penyebab tingginya angka pengangguran lantaran sulitnya mencari pekerjaan.
Hal ini ditunjukan dari hasil survei yang dirilis Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dalam 'Evaluasi Publik Dua Tahun Kinerja Pemerintahan Jokowi-JK' di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta Pusat, Minggu (23/10/2016).
SMRC mencatat, mayoritas warga atau sebesar 56 persen menyatakan jumlah pengangguran sekarang lebih banyak ketimbang tahun lalu. Sementara itu, warga yang menilai tingkat pengangguran berkurang hanya 16 persen dan yang menilai sama sebesar 24 persen.
"Pengangguran dibanding tahun lalu masih cukup banyak," kata Direktur SMRC Sirojudin Abbas.
Namun, Sirojudin memapasrkan, angka itu menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan 10 bulan yang lalu. Sebab, pada Desember 2015, warga yang yang menilai tingkat pengangguran semakin berkurang hanya tujuh persen.
Sirojudin Abbas mencatat sebanyak 63 persen warga menilai mencari pekerjaan semakin sulit.
"Pada umumnya cukup serius, masih 63 persen. Masih mayoritas mengatakan mencari kerja saat ini sulit," papar dia.
Sementara untuk daya beli, bebernya, sebanyak 49 persen warga merasa semakin berat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Sedangkan yang mengatakan semakin ringan 16 persen, dan yang merasa sama dengan tahun lalu sebanyak 34 persen.
"Fakta daya beli masih cukup rendah. Meski ada perbaikan dari bulan Juni ke Oktober sebesar 12 persen, tetapi secara umum warga yang bilang kebutuhan pokok lebih berat ini masih banyak," tandasnya.
Survei SMRC ini menggunakan metodelogi multistage random sampling, dengan jumlah responden sebanyak 1.035 orang atau sebesar 84,8 persen. Margin of error dalam survei yang dilakukan dalam kurun waktu 13-17 Oktober sebesar 3,1 persen, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.(yn)