Pada Demo 212 Wiro Sableng, apapun bisa terjadi. Sebab jurus yg dimainkan Presiden Jokowi, seperti dikemukakan Menhan Ryamizard Riyacudu, adalah adu domba. Jadi, rakyat yang sedang berbeda pendapat digiring ke sana. Itu fatalisme. Apapun bisa terjadi.
Ada beberapa kemungkinan terjadi. Pertama, keniscayaan bentrok fisik karena memang sengaja digiring ke sana.
Kedua, bom waktu rivalitas TNI versis Polri menjadi variabel determinan merujuk artikel Letjen (Purn) Suryo Prabowo.
Ketiga, perpecahan pada ruling party di tubuh PDIP dan Golkar mencapai puncaknya. Pada PDIP, ditaksir separuh adalah anti Jokowi. Di Golkar kubu Ketua DPR Akom yang sedang diproses diganti oleh Setya Novanto menjadi variabel.
Keempat, pertarungan Amerika versus Cina beroleh lapangan pertandingan yang leluasa. Jokowi jelas berada di wilayah politik OBOR Cina bersama Hoaqiau Indonesia berhadapan dengan poros Freemason Amerika. Di sini posisi Presiden SBY yang selama ia menjadi Presiden berkiblat ke Amerika. Di kabinet, Sri Mulyani adalah duta lembaga keuangan Barat (IMF, ADB, World Bank), terakhir adalah Direktur Pelaksana World Bank, sebelumnya Direktur Pelaksana IMF.
Kelima, ini yang masih samar-samar adalah peran Freemason Asia Al Abradj Al Bait (Pakistan, Saudi, Qatar, Yordan, UEA, Kuwait). Di sini posisi Anies dan Prabowo Subianto.
OBOR Cina, akan terus merangsek karena sudah sangat kuat posisinya sejak Jokowi membuka lebar-lebar pintu Indonesia bagi penguasa Beijing. Yang mampu mengimbanginya hanya Freemason Amerika. Dari bukti-buktinya, Kapolri berada di pihak Ahok. Dengan demikian, berada di pihak OBOR. Sedangkan Panglima TNI jelas berada di pihak pribumi, jelas Freemason. Dalam presentasinya, Panglima menyebut bahaya kuning, tapi tak menyebut soal Amerika, cuma FPDA (pakta pertahanan 5 negara). Dengan demikian, Amerika adalah teman.
Kondisinya jelas sudah membentuk kelompok. Saya kira Panglima TNI cukup baik untuk calon presiden sebagaimana opini yang berkembang di kalangan aktivis dan ormas. Tinggal mainnya seperti apa. Saya anjurkan agar komandan aktivis, melobi militer supaya yang bakal terjadi adalah Pretorian 2. Pretorian 1 adalah ideal. Tak ada seperti itu. Pretorian 3, kita tak kebagian.
Itu saya kemukakan ke Hatta Taliwang yang sore tadi bertandang ke kantor saya LPBH PBNU. Saat ini, Panglima TNI ikut istighosah di PBNU. Rencananya besok Presiden Jokowi dan Kapolri juga bertandang ke PBNU. Dua hari lalu, James Riyadi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani bertandang ke Rakernas PBNU.
NU kini jadi bahan jualan yang bagus sementara Presiden Jokowi sedang rajin berbelanja politik untuk mempertahankan singgasana kursi kepresidenannya yang tengah goyang-goyang.
Ada baiknya Hariman Siregar dan Bursah Zarnubi segera membuka pintu lobi dengan TNI. Sementara di tubuh kepolisian juga mulai bereaksi, yaitu kelompok 4 angkatan yang dibypass oleh pengangkatan Tito. Jadi, kesablengan apapun bisa terjadi!(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #