Oleh M Rizal Fadillah pada hari Rabu, 18 Des 2024 - 16:57:04 WIB
Bagikan Berita ini :

KESULTANAN BANTEN: SENTRAL PERLAWANAN SEJARAH DAN KONTEMPORER

tscom_news_photo_1734515824.jpg
(Sumber foto : Alinea.ID)

Sejak kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) ke Pulau Jawa, Kesultanan Banten menjadi pusat perlawanan utama terhadap dominasi kolonial. Pelabuhan Banten yang strategis memicu ambisi VOC untuk menguasai wilayah ini demi monopoli perdagangan di Nusantara. Perlawanan besar tercatat pada tahun 1656 dan 1680, dengan puncaknya pada tahun 1683 saat Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara di Batavia.

Adu Domba dan Strategi VOC

VOC tidak hanya menggunakan kekuatan militer, tetapi juga taktik adu domba. Perseteruan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya, Sultan Haji, menjadi celah bagi VOC untuk memperluas pengaruhnya. Konflik internal ini dimanfaatkan untuk mengamankan pelabuhan Banten dan melanggengkan monopoli perdagangan Belanda.

Warisan Perjuangan dan Relevansi Masa Kini

Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa melawan penjajahan menjadi inspirasi bagi perjuangan melawan ketidakadilan hingga kini. Di masa kini, muncul kekhawatiran bahwa proyek pembangunan seperti Pantai Indah Kapuk (PIK 1 dan 2) yang berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN) dapat mengulangi sejarah penguasaan tanah rakyat.

Sejumlah kelompok masyarakat menilai proyek tersebut lebih menguntungkan investor besar ketimbang rakyat kecil. Tuduhan tentang praktik monopoli dan penguasaan lahan dengan harga murah memicu sentimen yang mengingatkan pada era kolonial. Pemerintah diharapkan lebih transparan dalam pengelolaan proyek ini untuk menghindari ketimpangan sosial.

Kesultanan Sebagai Simbol Persatuan

Dalam konteks modern, Kesultanan Banten dapat menjadi simbol persatuan masyarakat untuk menegakkan keadilan sosial dan menjaga kedaulatan budaya serta ekonomi. Sejarah membuktikan bahwa kolaborasi pemimpin dan rakyat adalah kunci dalam melawan dominasi asing dan ketidakadilan domestik.

Refleksi untuk Masa Depan

Menghadapi tantangan global dan nasional, bangsa ini perlu belajar dari sejarah. Menjaga hak-hak rakyat, memelihara lingkungan, dan mengutamakan kesejahteraan bersama harus menjadi prioritas. Melawan bukan sekadar tindakan, tetapi harapan untuk masa depan yang lebih baik dan bermartabat.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Omon-Omon Pajak Wah

Oleh Cak AT (Ahmadie Thaha)
pada hari Rabu, 18 Des 2024
Saat suhu politik mereda usai Pemilu, rakyat Indonesia kembali disuguhi "drama" baru: pajak. Isu kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% per 1 Januari 2025 sontak menjadi ...
Opini

Syarat Mutlak Kepala Daerah Dipilih DPRD

Presiden Prabowo Subianto mengemukakan gagasan agar pemilihan kepala daerah (Pilkada) kembali dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pernyataan ini memicu perdebatan pro dan kontra di ...