Sejak kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) ke Pulau Jawa, Kesultanan Banten menjadi pusat perlawanan utama terhadap dominasi kolonial. Pelabuhan Banten yang strategis memicu ambisi VOC untuk menguasai wilayah ini demi monopoli perdagangan di Nusantara. Perlawanan besar tercatat pada tahun 1656 dan 1680, dengan puncaknya pada tahun 1683 saat Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara di Batavia.
Adu Domba dan Strategi VOC
VOC tidak hanya menggunakan kekuatan militer, tetapi juga taktik adu domba. Perseteruan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya, Sultan Haji, menjadi celah bagi VOC untuk memperluas pengaruhnya. Konflik internal ini dimanfaatkan untuk mengamankan pelabuhan Banten dan melanggengkan monopoli perdagangan Belanda.
Warisan Perjuangan dan Relevansi Masa Kini
Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa melawan penjajahan menjadi inspirasi bagi perjuangan melawan ketidakadilan hingga kini. Di masa kini, muncul kekhawatiran bahwa proyek pembangunan seperti Pantai Indah Kapuk (PIK 1 dan 2) yang berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN) dapat mengulangi sejarah penguasaan tanah rakyat.
Sejumlah kelompok masyarakat menilai proyek tersebut lebih menguntungkan investor besar ketimbang rakyat kecil. Tuduhan tentang praktik monopoli dan penguasaan lahan dengan harga murah memicu sentimen yang mengingatkan pada era kolonial. Pemerintah diharapkan lebih transparan dalam pengelolaan proyek ini untuk menghindari ketimpangan sosial.
Kesultanan Sebagai Simbol Persatuan
Dalam konteks modern, Kesultanan Banten dapat menjadi simbol persatuan masyarakat untuk menegakkan keadilan sosial dan menjaga kedaulatan budaya serta ekonomi. Sejarah membuktikan bahwa kolaborasi pemimpin dan rakyat adalah kunci dalam melawan dominasi asing dan ketidakadilan domestik.
Refleksi untuk Masa Depan
Menghadapi tantangan global dan nasional, bangsa ini perlu belajar dari sejarah. Menjaga hak-hak rakyat, memelihara lingkungan, dan mengutamakan kesejahteraan bersama harus menjadi prioritas. Melawan bukan sekadar tindakan, tetapi harapan untuk masa depan yang lebih baik dan bermartabat.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #