JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Komisi I DPR telah selesai menggelar uji kepatutan dan kelayakan calon duta besar (Dubes) yang akan ditempatkan di sejumlah negara sahabat.
Dari 23 calon duta besar yang diajukan Presiden Jokowi ke DPR, terdapat satu calon yang dipandang tidak layak sehingga diberikan catatan oleh sejumlah fraksi. Dia adalah pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bakti, calon Dubes RI untuk Tunisia.
Ikrar ditolak dua fraksi di DPR, yakni Fraksi Demokrat dan Gerindra.
Anggota Komisi I DPR Fraksi Demokrat Syarif Hasan menganggap, apa yang disampaikan Ikrar saat uji kepatutan dan kelayakan tidak membuat fraksinya puas. Hal ini lah yang menjadi latar belakang Fraksi Demokrat memberikan catatan pada Ikrar.
"Ya waktu dimana fit and proper test ada statement yang meragukan Demokrat, dia akan memberikan tugas khusus untuk Tunisia dari Presiden padahal itu bukan tugas seorang Dubes," bebernya saat dihubungi TeropongSenayan, Jumat (16/12/2016).
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini juga menilai, sosok Ikrar belum bisa lepas dari pengamat politik. Hal ini masih terlihat dalam uji kelayakan dan kepatutan di Komisi I DPR kemarin.
"Selama ini saya melihat, tidak bisa menempatkan diri sesuai dengan predikatnya," kata Syarif.
Kendati demikian, tutur dia, dari sisi pengetahuan Ikrar sudah layak menjadi perwakilan Dubes RI.
"Dari sisi pengetahuan dia layak," kata ia.
Walaupun Fraksi Demokrat memberikan catatan pada calon Dbes Tunisia itu, Syarif menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden Jokowi.
"Itu kebijakan presiden, kita tidak bisa mencampuri kebijakan presiden," tandasnya.
Catatan dari Fraksi Gerindra dan Demokrat akan dilampirkan dalam hasil keputusan Komisi I DPR. Calon dubes itu akan kembalidikirimkan ke Presiden
Ini 23 nama calon dubes Indonesia yang diajukan Presiden ke DPR :
1. Tokyo: Arifin Tasrif
2. Athena: Ferry Adamhar
3. Bogota: Priyo Iswanto
4. Canberra: Kristiarto Legowo
5. Dili: Sahat Sitorus
6. Jenewa: Hasan Kleib
7. Kabul: Mayjen Dr. Ir. Arief Rachman
8. Kolombo: Ngurah Ardiyasa
9. Kiev: Prof Dr Yuddy Chrisnandi
10. Manama: Nur Syahrir Rahardjo
11. Roma: Esti Andayani
12. Seoul: Umar Hadi
13. Wina: Darmansjah Djumala
14. New Delhi: Arto Suryo-di-puro
15. Dhaka: Rina Soemarno
16. Amman: Andy Rachmianto
17. Bratislava: Wieke Adiwoso
18. Dar Es Salam: Prof. Radar Pardede
19. Wellington: Tantowi Yahya
20. Zagreb: Komjen (pol) Sjahroedin
21. Astana: Rachmat Pramono
22. Tunis: Ikrar Nusa Bhakti
23. Kuala Lumpur: Rusdi Kirana
(yn)