JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Gerindra Rachel Maryam mengatakan, fraksinya pernah memberikan catatan saat Ikrar Nusa Bhakti mengikuti uji kelayakan dan kepatutan calon duta besar di DPR. Untuk ukuran dubes, gaya komunikasi Ikrar dinilai terlalu kaku.
Rachel menyampaikan hal itu menanggapi pelantikan Ikrar sebagai duta besar Indonesia untuk Tunisia, hari ini, Senin (13/3/2017) oleh Presiden Jokowi di istana Merdeka Jakarta.
"Tugas kami kan hanya memberikan pertimbangan bagi presiden. Apakah pertimbangan itu akan dijadikan bahan pertimbangan oleh presiden atau tidak itu kan terserah presiden," terang politikus Gerindra itu saat dihubungi di Jakarta, Senin (13/3/2017).
Sebab, penempatan dubes pada dasarnya adalah hak presiden.
Ditanya apakah fraksinya sempat menolak saat Ikrar dicalonkan jadi dubes, Rachel mengatakan fraksi hanya memberikan catatan.
"Kalau tidak salah, kami hanya memberikan sedikit catatan mengenai gaya komunikasinya. Menurut pandangan kami beliau masih perlu berlatih lagi untuk bisa memberikan gestur yang lebih positif," ungkapnya.
Sebab, kata dia, duta besar bisa diibaratkan sebagai etalase sebuah negara, dimana pun dia ditempatkan.
Oleh karena itu, lanjut dia, seorang dubes harus memiliki kemampuan diplomasi yang baik. Tentunya kemampuan berkomunikasi dan lobby sangat menunjang keberhasilan misi diplomasi negaranya.
"Gaya komunikasi mas Ikrar ketika fit and proper saya lihat sangat kaku, tidak luwes (tidak cair), sehingga kurang bisa memberikan gestur positif terhadap negara Indonesia yang masyarakatnya dikenal dengan keramahannya. Tapi saya kira itu bukan masalah krusial, saya yakin dengan sedikit polesan-polesan mas Ikrar bisa beradaptasi untuk memperbaiki gaya berkomunikasinya," pungkas dia.(plt)