Berita
Oleh Syamsul Bachtiar pada hari Jumat, 17 Mar 2017 - 08:37:34 WIB
Bagikan Berita ini :

Tak Transparan, Fahri Pertanyakan Kredibiltas Ketua KPK

44(PKS)FahriHamzahI.jpg
Fahri Hamzah (Sumber foto : Dokumen TeropongSenayan)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah kembali mempertanyakan kredibilitas Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo dalam mengusut dugaan korupsi proyek e-KTP yang tidak transparan dan terkesan mengada-ada.

Sebab, pemegang proyek itu mantan Mendagri Gamawan Fauzi, yang bersih, berkomitmen, dan malah mendapat Bung Hatta Awards.

Gamawan sendiri sudah memberi kesaksian jika dirinya tidak menerima satu rupiah pun dari proyek tersebut. Bahkan sebelum tender, Gamawan menggandeng 15 kementerian negara untuk mendapatkan kesepakatan agar proyek e-KTP ini sukses dan berjalan dengan baik karena akan digunakan untuk pemilu 2014.

"Jadi, saya lebih percaya Gamawan Fauzi dibanding Agus Rahardjo. Apalagi dalam audit BPK 14 Juni 2014, tender e-KTP itu dinyatakan bersih, dan hanya ada potensi kerugiakan negara sebesar Rp 45,9 miliar. Tapi, kini tiba-tiba Agus Rahardjo bilang ada kerugian negara Rp 2,3 triliun. Dari mana itu audit?" tanya Fahri Hamzah dalam dialektika demokrasi “'Perlukah Pansus e-KTP?" bersama pengamat TPPU Yenti Garnasih di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (16/3/2017).

Sama dengan kasus Hambalang, KPK sibuk ngurus uang yang Rp 25 miliar (bukan uang APBN), sedangkan kerugian negara Rp 2,5 triliun malah tidak diurus. Demikian pula skandal bank Century.

"KPK banyak menyebut nama-nama yang diduga terlibat. Tapi, sampai sekarang yang dipidana hanya Budi Mulya dan Robert Tantular yang tak mengerti soal baillout. Lalu, nama-nama yang lain kemana?" tanya politisi PKS ini kecewa.

Apalagi sebelumnya konsersium Agus Rahardjo kalah tender dan meski proyek e-KTP ini jalan terus, namun dia terus berusaha ‘ngrecoki’. Padahal, audit yang dipakai KPK dari BPKP bukan BPK, dan yang membuat kerugian negara itu BPK. Tapi, kasus ini tiba-tiba diblow up besar-besaran dengan arah yang tidak jelas.

"Bagaimana dengan 15 kementerian yang terlibat. Betulkah ada korupsi? Kalau tidak, berarti sengaja menyerang DPR," jelas Fahri.

Untuk itu Fahri mengusulkan angket e-KTP, agar semuanya terbuka dan kita menonton drama apa yang terjadi sebenarnya di dalam proyek e-KTP ini? Seharusnya semua mendukung ini, karena nama-nama tersebut hanya berdasarkan nyanyian Nazaruddin (eks Bendum Demokrat) itu.

"Jadi, Nazaruddin ini bukan justice collaborator, melainkan justice kalkulator. Apa seperti ini cara mengelola negara. Semua dirusak dengan intimidasi?" ujarnya.

Fahri mempertanyakan kenapa tidak suka dengan investigasi yang dilakukan oleh DPR RI? Bahwa angket DPR itu perintah UUD NRI 1945 dan aturan DPR RI.

"Jadi, tidak usah alergi dengan angket DPR," pungaksnya. (icl)

tag: #fahri-hamzah  #korupsi-ektp  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement