Opini
Oleh Asyari Usman (Mantan Wartawan BBC) pada hari Kamis, 22 Jun 2017 - 18:20:52 WIB
Bagikan Berita ini :

Indonesia, Indonesia! Novanto Bertaushiyah Tentang Bahaya Korupsi

6IMG_20170201_194417.jpg
Asyari Usman (Sumber foto : Istimewa )

Kemarin, Ketua Umum Golkar Setya Novanto memuji pengunduran diri Ridwan Mukti dari jabatannya sebagai gubernur Bengkulu karena dijadikan tersangka kasus korupsi oleh KPK. Ketua DPD Golkar Bengkulu itu mengumumkan pengunduran dirinya kemarin, Rabu (21 Juni 2017).

"Saya beri apresiasi yang sangat besar sebagai kader Golkar yang langsung melakukan hal terbaik buat kepentingan penyidikan lebih lanjut," kata Novanto seperti dikutip berbagai media.

Begitu saya baca berita tentang apresiasi Novanto itu, saya teringat langsung dengan kasus korupsi e-KTP. Novanto adalah salah satu “terduga keras” kasus pengadaan blanko kartu ini. KPK sampai mengeluarkan pencekalan ke luar negeri untuk beliau. Artinya, KPK memiliki keyakinan bahwa dia bukan orang yang difitnah dalam kasus ini.

Sekarang, Novanto memuji tindakan Ridwan Mukti itu. Pujian ini sangat tepat. Tetapi, pujian itu jauh lebih bagus kalau datang dari orang yang tidak terimplikasi kasus korupsi. Terus terang, jungkir-balik rasanya bumi ini mendengar pujian Novanto untuk kolega partainya yang mundur gara-gara korupsi.

Sebaiknya bukan Novanto yang memberikan apresisasi. Biarkan petinggi Golkar yang lain untuk berkomentar. Sebab, orang justru menunggu langkah ksatria Anda sendiri, Pak Novanto, untuk mundur dari semua posisi yang terkait dengan kepentingan bangsa dan negara setelah nama Anda “meroket” dalam kasus e-KTP.

Jangankan orang di luar Golkar, orang-orang Golkar sendiri begitu banyak yang gerah terhadap keterkaitan Anda dengan e-KTP. Kader-kader muda Golkar, paling tidak, menginginkan agar pimpinan tertinggi partai tidak ternoda kasus korupsi. Mereka ingin Anda segera “cabut”.

Apalagi Anda sampaikan pula nasihat seperti ini, "Kami sudah sampaikan saat Rapimnas, kami minta jangan sampai terlibat nepotisme, KKN, korupsi karena sangat merugikan kepentingan bangsa negara."

Tidakkah ada perasaan “malu” atau “risih” menyampaikan taushiyah seperti ini?

Indonesia, Indonesia! Lama-lama terkikis habislah standar moralitas bangsa kita ini! Hajablah kita, Pak!

Sudah sebegitu parahnyakah Indonesia ini?

Novanto memang belum terbukti bersalah dalam kasus e-KTP. Tetapi semua indikasi yang disebutkan secara terbuka menunjukkan bahwa ketua DPR itu ada meninggal jejak di situ. Begitu banyak dan sering nama Novanto disebut-sebut dalam rangkaian proses hukum kasus ini.

Terasa sangat tidak logis kalau “ada asap, tak ada api”.(*)

(Artikel ini merupakan opini pribadi penulis, tidak ada kaitan dengan BBC).

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Tugas Berat Prabowo Membereskan Politik Ala Preman

Oleh Budiana Irmawan
pada hari Jumat, 20 Sep 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Penulis teringat sepuluh tahun lalu berdiskusi dengan legenda aktivis pergerakan A Rahman Tolleng. Ia mengatakan, “kalau orang bodoh berkuasa berpotensi besar ...
Opini

Dampak Aliansi Militer SCO Bagi Negara-Negara ASEAN

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Aliansi Militer Shangai Cooperation Organization (SCO) baru-baru ini melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), yang dihadiri oleh seluruh Kepala Negara anggota SCO ...