JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Memilih pindah berkantor di Istana Bogor, Presiden Jokowi dinilai mengambil keputusan yang kurang tepat. Pasalnya, menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Agung Suprio langkah itu tidak efesien karena kantor dan rumah dinas menteri berada di Jakarta.
Apalagi, tambah Agung, Presiden sudah memiliki Istana di Jakarta. "Koordinasi, konsolidasi, evaluasi, antara presiden dan menteri akan melemah. Ini benar-benar pemborosan atau inefesiensi," ujar Agung Suprio kepada TeropongSenayan, Selasa (24/2/2015).
Agung berpendapat pilihan Jokowi tinggal di Istana Bogor selain memunculkan inefisiensi juga tidak memberikan nilai lebih. Inefesiensi dalam bentuk borosnya anggaran, waktu, serta tenaga yang harus dikeluarkan para menteri dan Wakil Presiden mengingat kantor mereka berada di Jakarta.
"Akan lebih efesien kalau kegiatan kepresidenan dipusatkan di Istana Presiden di Jakarta," papar Agung. Sehingga koordinasi dengan para menteri maupun lembaga pemerintahan lainnya bisa dengan mudah dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Agar pemborosan tersebut tidak berlarut-larut, Agung mendesak Jokowi untuk segera kembali ke Istana Merdeka. "Kalau terus berkantor di Istana Bogor, anggaran negara agar terbuang percuma tanpa ada nilai lebih," pungkas Agung.(ris)