JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Perkembangan digitalisasi yang terjadi saat ini telah mendorong perubahan secara drastis berbagai sektor kehidupan, termasuk keuangan mikro Muhammadiyah. Dengan digitalisasi, segala urusan akan lebih mudah, efektif, dan efisien.
Bagi keuangan mikro, pengaruhnya pada aspek pelayanan. Jika ingin berubah dan berkembang, lembaga keuangan mikro seperti Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) mau tidak mau dituntut untuk mulai menerapkan digitalisasi sistem pelayanan dan usahanya.
Melihat realitas tersebut, Induk Koperasi Syariah Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah - Baitut Tanwil Muhammadiyah (KSPPS - BTM) pada hari selasa, 24 Oktober 2017 akan menggelar seminar nasional "Digitalization of Microfinance Challenges: Membangun Akuntabilitas Sistem Keuangan Mikro di Era Digital", di Rumah Desain, Gedung Smesco Indonesia, Jakarta.
Achmad Suud, Ketua Induk KSPPS BTM dalam keterangannya mengatakan, keberadaan dari digitalisasi merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita hindari dan merupakan dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan. "Terkait dengan itu, BTM yang merupakan keuangan mikro Muhammadiyah tidak ingin ketinggalan dalam arus perubahan tersebut," tandasnya.
Lebih jauh Suud menambahkan, untuk mengembangkan digitalisasi keuangan mikro, sebetulnya jaringan BTM telah menerapkan berbagai aplikasi sistem keuangannya."Dengan sistem yang terintegrasi berbasis digital tersebut, memberikan efisiensi sekaligus memberikan kemudahan dalam pengawasan. " Saya rasa keuangan mikro di Indonesia harus mampu memanfaatkan hal tersebut dalam sebuah peluang bisnis," papar Suud (18/10/2017).
Sementara itu, Ketua Panitia Seminar Agus Yuliawan mengatakan, tema tentang digitalisasi keuangan mikro telah lama menjadi agenda bagi BTM. "Hal ini tidak lepas dari perubahan yang terjadi pada saat ini, ketika banyak orang melek digital, apakah ini berpengaruh bagi BTM yang selama ini berbentuk badan hukum koperasi?" tutur Agus yang juga direktur eksekutif Induk KSPPS-BTM.
Dia menambshkan, apakah dengan digitalisasi tersebut berpengaruh pada semangat guyub yang selama ini dimiliki oleh para pelaku koperasi. "Mudah - mudahan adanya revitalisasi hanya berpengaruh pada aspek kualitas pelayanan saja tanpa mengurangi semangat guyup. Itu yang kita harapkan dalam melihat fenomena tersebut," kata Agus.
Dengan adanya digitalization of microfinance challenges, tema yang diangkat Induk KSPPS BTM, Agus berharap, akan ada persepsi bersama dalam membangun paradigma. "Dengan demikian digitalisasi keuangan mikro merupakan celah bagi BTM untuk memajukan ekonomi umat secara strategis," ujarnya.
Dia menjelaskan, seminar nasional ini diselenggarakan bekerjasama dengan Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (LLP - KUKM). Seminar akan menghadirkan narasumber Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso yang sekaligus menjadi keynote speech, sekapur sirih Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas, Deputi Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM Suparno, Iman Ni’matullah dari Bank Muamalat, Wahyu Dwi Agung (MC Counsulting), , dan Rully Yusuf (Pegadaian Syariah), dan Ely Kasim (BTM BIMU Lampung).(b)