Opini
Oleh Asyari Usman (Wartawan Senior) pada hari Selasa, 02 Jan 2018 - 08:11:57 WIB
Bagikan Berita ini :

Ade Armando: Cara Berpikir Ugal-ugalan dan Sangat Menyeramkan

36IMG_20171117_072001.jpg
Asyari Usman (Wartawan Senior) (Sumber foto : Istimewa )

Sebenarnya, saya tak ingin membicarakan bagaimana cara Ade Armando membimbing keluarganya. Tetapi karena ada hal yang sangat menyeramkan, akhirnya saya mau ikut juga berkomentar.

Belum lama ini, pegiat media sosial yang juga dosen UI itu mendeklarasikan “stand point” (pendirian, sikap) yang sangat mengerikan tentang mana lebih baik homoseksualitas, atheis (kekufuran), dan berbagai bentuk kedurhakaan lainnya dibandingkan korupsi serta kejahatan-kejahatan “biasa”.

Dalam status Facebook-nya baru-baru ini, Pak Ade lebih-kurang menegaskan bahwa dia tidak akan sedih kalau anaknya mengatakan dia (si anak) telah menjadi gay atau lesbian. Bahkan, Pak Ade tidak sedih kalau anak-anak beliau tak percaya pada agama.

Menurut Pak Ade, beliau sedih kalau anak-anaknya melakukan korupsi, mencuri uang rakyat, memperkosa, merampas hak rakyat, mengedarkan obat bius, merampok, membunuh, menipu rakyat dengan menggunakan agama, menindas hak asasi manusia, menindas kaum minoritas, menjadi rentenir, dsb.

Pertama-tama, sebagai sesama muslim, saya ingin menyampaikan sesuatu yang mirip nasihat. Tetapi, maafkan saya kalau terasa sebagai nasihat karena saya belum pantas memberikan nasihat kepada Pak Ade. Saya jauh di bawah Pak Ade dari segi mana pun.

Cuma, saya hanya terketuk membaca satu hal yang teramat mengerikan. Yaitu, pernyataan beliau bahwa beliau tidak akan bersedih kalau anak-anaknya tidak percaya pada agama. Kemudian, yang juga menyeramkan adalah ketegaan Pak Ade mengatakan bahwa beliau tak sedih jika anak-anaknya menjadi gay atau lesbian.

Yang kedua, ucapan orang tua itu bisa menjadi doa. Ini kata orang-orang tua. Bisa dipercaya , bisa tidak. Kalau pun dianggap dongeng, tetap saja ada sisi lain yang pantas dipikirkan. Yaitu, anjuran Bagidan Nabi agar kita mengucapkan hal-hal yang baik saja.

Nah, apakah mengatakan “saya tak sedih anak saya menjadi gay atau lesbian” bisa dianggap perkataan yang baik? Atau, apakah mengucapkan “saya tak sedih kalau anak saya mengatakan dia tak percaya agama” adalah perkataan yang baik?

Saya kira, kedua pernyataan ini tidak ada yang baik. Saya percaya, orang yang tak paham sekali pun akan mengatakan itu tak baik. Dan, bukan sekadar tak baik saja. Pernyataan seperti ini memiliki nuansa kesombongan. Ada kesan menantang Allah SWT.

Lalu, apakah Pak Ade tak boleh sombong? Tak boleh menantang Allah SWT? Tentu saja itu hak beliau sepenuhnya.

Saya hanya ingin mengatakan sesuatu yang mungkin dianggap tolol oleh Pak Ade. Tak masalah. Ini yang ingin saya katakan: bahwa korupsi, mencuri uang rakyat, memperkosa, menjadi rentenir, mengedarkan narkoba, dlsb, adalah kejahatan yang sangat tercela.

Tetapi, kejahatan-kejahatan ini tidaklah lebih baik dari “tak percaya agama, tak percaya Tuhan, tak percaya ada Allah SWT”. Boleh jadi juga kejahatan-kejahatan itu tidak lebih baik dari “menjadi gay dan lesbian”.

Bukankah tak percaya Allah SWT berarti kafir? Apakah kekufuran terhadap keberadaan Allah ‘Azza wa Jalla lebih mulia daripada korupsi, memperkosa, menjadi rentenir, dll?

Setahu saya, Allah mengampunkan semua dosa kepada-Nya kecuali kekufuran dan kesyirikan. Pak Ade Armando bisa saja mengatakan bahwa bahasa yang beliau gunakan di status FB-nya itu adalah bentuk sarkastik atau satire. Namun, ada anjuran agar untuk urusan Tauhid, janganlah disarkastikkan atau disatirekan.

Saya paham bahwa Pak Ade membuat status FB seperti itu karena saking geramnya beliau terhadap kejahatan-kejahatan yang merugikan rakyat. Yang merugikan orang lain. Sedangkan menjadi gay atau lesbian, bagi Pak Ade, tidak merugikan orang lain.

Tapi, tunggu dulu. Bukankah gerakan ekspansi homoseksual di kalangan masyarakat adalah perbuatan yang merugikan orang lain juga? Merugikan rakyat juga?

Dan, bukankah menjadi tak percaya Tuhan juga berdampak ke orang lain? Misalnya, anak Pak Ade yang tak percaya Tuhan tentu tidak percaya pada nilai-nilai Pancasila. Tak percaya pada moral Pancasila, dlsb.

Kemudian tak percaya halal-haram karena ini semua perintah Allah. Tak percaya pada pernikahan karena ini syariat Tuhan. Kalau anak Pak Ade yang tak percaya pada Allah mengembangluaskan keyakinannya kepada orang lain, apakah nanti tidak merugikan keseluruhan tertib hukum dan tertib sosial yang ada?

Terakhir. Pak Ade Armando yang saya hormati. Janganlah sepelekan dampak menjadi gay atau lesbian. Kalau Bapak tak percaya, silakan sekarang Bapak coba praktik homoseksual itu.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Populisme Jokowi dan Runtuhnya Demokrasi

Oleh Lukas Luwarso (Antusiasawan Sains)
pada hari Senin, 25 Nov 2024
Demokrasi runtuh bukan karena munculnya orang kuat dan kharismatik, melainkan karena keroposnya struktur etika-masyarakat, spesifik aparat pemerintahan, yang menopangnya.  Miskonsepsi ...
Opini

Alasan Anies

Siapa yang menyangka, panggung politik Indonesia kembali menyuguhkan lakon komedi penuh intrik di Pilkada Jakarta 2024? Dari Megawati yang dulu melontarkan ucapan pedas ke Anies Baswedan, ...