PALEMBANG (TEROPONGSENAYAN) --Pemungutan suara untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan memimpin Sumatera Selatan (Sumsel) tinggal 36 hari.
Diperkirakan, masa menjelang hari menentukan itu akan banyak diisi dengan berbagai akrobat dan intrik politik, semua dilakukan sebagai upaya terakhir agar paslon yang diusung masing-masing kandidat bisa menang.
Namun demikian, perangkat ukur pemilu telah semakin berkembang sehingga makin kesini, semakin mudah memprediksi siapa yang akan memenangkan kontestasi lima tahunan itu.
Demikian disampaikan Agusta Surya Buana dari Forum Pemerhati Pilkada Sumsel saat paparan “Peta Kekuatan Jelang Pencoblosan” yang disampaikan di Palembang, Senin, (21/5/2018).
Agusta Surya menyampaikan, setidaknya ada beberapa informasi hasil survei kuantitatif yang berhasil dihimpun lembaganya yakni survei yang dilakukan Konsepindo Research and Consulting Jakarta, survei Pusdeham Surabaya dan paling akhir adalah dari Lembaga Survei Strategi dan Taktik (stratak) Indonesia, dimana kesemuanya menempatkan pasangan Herman Deru-Mawardi Yahya sebagai kontestan dengan elektabilitas tertinggi.
Diakuinya, hampir tidak ada lembaga yang merilis survei secara resmi dan menggelar konferensi pers mengumumkan hasil survei yang sebaliknya.
Hal itu, menurutnya kemungkinan karena peta kekuatan tidak berubah dimana Herman Deru-Mawardi Yahya paling tinggi dengan selisih yang jauh dari pasangan Dodi-Giri kemudian dibawahnya ada duet Ishak-Aswari.
Agusta Surya menyampaikan, ada beberapa akrobat politik yang dilakukan timses atau pendukung paslon tertentu dengan misalnya mengumbar polling media on line atau polling surat kabar, namun metode polling seperti itu sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
“Itu main-main saja, hiburan. Mungkin menghibur diri dari peta survei ilmiah yang sesungguhnya,” ujar dia berseloroh.
Agusta Surya menambahkan, akrobat paling berbahaya yang akan mencederai demokrasi dan merusak Pilkada Sumsel adalah dimanfaatkannya ajang sosialisasi Asian Games 2018 untuk kampanye salah satu paslon.
Banyak pihak sudah mengadukan persoalan ini bahkan hingga ke Kemenpora dan Wapres selaku panitia Asian Games.
Selain itu, menurutnya ada juga muncul di Pilkada Sumsel kasus dimana ada lembaga yang tidak jelas rekam jejaknya tetapi menyampaikan temuan survei.
Jejak digital lembaga maupun direkturnya tidak bisa didapatkan, apalagi jejak digital survei sebelumnya.
“Saat kita googling, itu nama lembaga tidak ketemu, direkturnya juga tidak jelas,” tanyanya sambil bergurau.
Sementara itu, Oktarina Soebardjo direktur Lembaga survei Stratak Indonesia yang juga menjadi narasumber dalam acara tersebut menyampaikan temuan survei lembaganya.
Dari sisi elektabiltas tertutup dimana responden ditanya dan diberikan alat bantu kertas suara, pasangan Herman Deru-Mawardi Yahya dipilih oleh 43,88 persen.
Dodi Reza Alex - Giri Ramanda Kiemas dipilih oleh 19,11 persen. Ishak Mekki - Yudha Pratomo dipilih oleh 16,22 persen dan pasangan Aswari Riva’i - Irwansyah dipilih oleh 10,91 persen. Sementara yang belum memutuskan sebesar 9,88 persen.
Oktarina menjelaskan, survei dilakukan pada Bulan Mei tepatnya dari tanggal 6 sampai 11 Mei 2018. Responden adalah masyarakat Sumsel yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 820, dengan margin of error sebesar ± 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (Alf)