Runtuhnya bangsa kami ditandai dengan :
1. Robohnya Pagar Kami
Maling masuk tidak dengan menjebol pintu yang dijaga oleh para satpam. Tidak lewat berantem, tapi mereka masuk lewat angin bagaikan jin. Lewat software komputer, lewat UU yang didikte para preman. Tahu-tahu semua proses pencurian dan perampokan menjadi legal diatur oleh mafia dunai bernama BANK DUNIA, WTO, IMF, APEC dll. Merekalah the real goverment yang mengatur nasib kita sekarang, dikawal ketat oleh para preman-premannya yang punya armada raksasa. Ribuan trilyun sumber daya alam, sumber daya ekonomi dan financial kita diangkut, untuk dilahap 1 persen penghuni VIP bumi ini. Lalu kita cuma berebut remah-remah nasi dan tulang belulang sembari adu jotos.
2. Robohnya Lapak Kami
Satu persatu lapak kehidupan kami roboh dilahap vacum cleaner bernama keren CARREFOUR atau ALFAMART, INDOMART, KFC, MC DONALD, LAWSON, SEVEN ELEVEN dll. Hasil pertanian kami cuma pelengkap karena yang utama itu produk impor yang direstui dengan selipan amplop tebal untuk birokrat yang menyetujui proses penghancuran nasib kami.
3. Robohnya Panggung Kami
Panggung srimulat yang banyak melahirkan manusia penghibur asli, sekarang akan tinggal kenangan. Karena jutaan anak-anak muda kami telah menyembah karya-karya pop. Yang bahenol yang datang dari negeri setan, berapa juta pun harga tiketnya diburu hingga mereka ada yang mati terinjak. Konon Presiden kami penggemar musik musik aneh tersebut. Seni budaya asli kami segera akan masuk museum.
4. Robohnya Gelanggang Kami
Bulutangkis yang jadi kebanggaan tinggal kenangan. Sepakbola jadi tempat perebutan rezeki untuk pengurus dan jadi arena tinju bagi pengurus dan pemainnya. Tak pernah bisa bangkit lagi jadi macan asia apalagi mau ikut piala dunia.
5. Robohnya Surau Kami
Waktu kecil kami wajib bisa baca al Qur'an. Sekarang kami tidak tahu berapa anak muda yang bisa baca Qur'an dibanding yang mampu menyanyikan lagu pop. Tempat pengajian malah sering "dikarang" sebagai diduga tempat teroris bersembunyi lalu di dor. Agama kami sering jadi terduga, tersangka bahkan terdakwa. Anak gadis yang memamer paha mulus dan dada busungnya bagaikan agama baru dan negara tidak menangkap mereka sebagai teroris perangsang nafsu.
6. Robohnya Balai Rembug Kami
Balai rembug tempat kami bermusyawarah mufakat, tempat kami bertukar pikiran dan menyelesaikan masalah dengan sopan santun dan adil serta bijak juga sudah roboh.
MPR cuma jadi lembaga jualan pilar. Tidak bisa lagi jadi benteng terakhir menyelesaikan krisis bangsa. Masalah bangsa dan masalah pribadi diumbar di layar media publik. Bukan untuk diselesaikan tapi untuk saling mempermalukan. Kebenaran dan keadilan diselesaikan dengan rumus 50+1. Dan tentu saja wani piro.
7. Robohnya Taman Bacaan Kami
Taman bacaan kami cuma jadi proyek ujian nasional. bocor lagi bocor lagi. Taman bacaan kami tidak melahirkan intelektual petarung untuk kejayaan bangsa. Melainkan, melahirkan manusia yang pandai berakrobat kata-kata. Melahirkan cendikiawan survey abal-abal yang menipu rakyat. Melahirkan cerdik pandai yang berjuag untuk proyek jual negara.
Maaf beribu maaf atas kelancangan ini. Karena kami sangat khawatir bangsa ini akan jadi ABORIGIN.(yn)
TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #hatta taliwang #pemerintahan jokowi #jokowi