JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Presidium Badan Eksekutif Mahasiswa Nasional (BEMNAS) Syaefuddin Al Ayubbi mengingatkan bahwa pergelaran agenda konferenai Asia-Afrika (KAA) jangan dijadikan sebagai ajang reuni para kepala negara melainkan harus melahirkan kekuatan politik bagi Indonesia laiknya presiden Soekarno 60 tahun silam.
"Jangan sampai Konferensi Asia-Afrika 2015 ini hanya sebagai ajang reunian para kepala negara serta bersifat romantisme masa lalu tanpa ada hasil yang jelas," ujar Al Ayubbi di Yogyakarta, Kamis, (23/4/2015).
Sejarah lahirnya Konfrensi Asia-Afrika yang dimotori oleh Bung Karno, kata dia mempunyai misi untuk menggalang kekuatan politik di negara Asia-Afrika untuk membuat blok baru sebagai upaya untuk melawan Neo Imperialisme-Neo Kolonialisme yang dilakukan oleh Blok Barat dan Blok Timur.
"KAA kan diselenggarakan di Jakarta dan Bandung, sebagai tuan rumah Indonesia mengusung tiga misi utama yakni spirit Dasa Sila Bandung, solidaritas Asia-Afrika, dan dukungan kemerdekaan Palestina, jadi pemerintah harus benar-benar mampu mengawal ketiga isu tersebut sampai gol, bukan sekadar ajang-ajangan belaka," ungkap pria yang akrab disapa Ucok tersebut.
Ucok Al Ayubbi menambahkan, pemerintahan Jokowi-JK harus berpikir secara jernih dalam mengambil sikap politik dalam pertemuan tingkat tinggi tersebut dan tidak bertentangan dengan spirit Dasa Sila Bandung 18-25 April tahun 1955.
Ucok juga meminta pemerintah supaya hasil dari kesepakatan dari KAA disampaikan kepada publik negeri agar masyarakat tahu apa yang didapatkan Indonesia dari ajang yang diselenggarakan selama lima hari itu.
"Kami dari BEM Nasional menuntut pemerintah agar menyampaikan kepada publik hasil kesepakatan yang sudah dicapai dari konferensi tersebut," tandasnya.(al)