Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis HMI) pada hari Selasa, 16 Jul 2019 - 16:09:39 WIB
Bagikan Berita ini :

Perjanjian Hudaibiyah

tscom_news_photo_1563268179.jpg
Jokowi dan Prabowo (Sumber foto : Ist)

Pertemuan Lebak Bulus Jokowi dan Prabowo menuai pro dan kontra dari kedua pendukung. Pendukung Jokowi relatif hangat atau adem. Pendukung Prabowo yang terbelah sikap ada yang mendukung, memahami, menanti dampak, serta ada pula yang menentang dengan kekecewaan tinggi. Pada sikap mencoba memahami dan membela berbagai argumen dikemukakan dari mulai strategi hingga mengaitkan dengan kesejarahan Nabi, yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Ada rasa kurang sreg mengaitkan pertemuan Lebak Bulus dengan peristiwa penting kenabian ini. Alasan utama tentu bagi Nabi semua keputusannya dibimbing wahyu. Kebenaran ilahiah tersurat dan tersirat di dalamnya.

Hal lain yang menjadi "sebab" tidak layak dikomparasikan adalah :

Pertama,kaum Muslimin yang bergerak untuk menunaikan ibadah umrohdari Madinah menuju Baitullah dalam keadaan kuat dengan persenjataan lengkap. Berbeda dengan posisi "kekuatan" Prabowo yang tak siap. Kocar kacir di peristiwa 22 Mei dan pukulan berturut turut di Bawaslu, KPU, MA dan terakhir MK. Meski mencoba kasasi MA kedua dan konon ke MI tapi dalam posisi yang pesimistis dan kurang percaya diri.

Kedua, Perjanjian Hudaibiyah memunculkan tekad tempur "Bai"atur Ridwan" yakni siap untuk berperang melawan Quraisy karena mereka menyandera utusan muslim Ustsman bin Affan. Dalam kaitan pertemuan Lebak Bulus tidak ada tekad apa apa, hanya emak emak yang datang sebelumnya meminta Prabowo untuk tidak berekonsialisasi.

Ketiga, pertemuan Lebak Bulus hanya pertemuan bukan "perjanjian" karenanya tidak mutatis mutandis. Adapun Hudaibiyah adalah sebuah perjanjian yang berakibat hukum. Reaksi Muslim sangat wajar karena menilai "isi" perjanjian yang "merugikan" rombongan dan umat beriman. Adapun reaksi terhadap pertemuan adalah "tagihan terhadap komitmen" untuk melawan kecurangan yang digemborkan dan diperjuangkan Prabowo dengan "wasiat" dan siap "mut syahidan".

Keempat, Perjanjian Hudaibiyah adalah bagian dari perjalanan kepemimpinan "profetik" dengan standar leadership dan followership yang berkualitas imani. Adapun pertemuan Lebak Bulus adalah perjalanan kepemimpinan "demokratik" dengan otoritas pengikut berdasarkan asas "kerakyatan" sehingga di antara keduanya memiliki dimensi yang berbeda. Yang pertama penegakkan ibadah agama, sedangkan yang kedua adalah perjuangan menegakkan kedaulatan rakyat.

Kelima, keraguan dan pembangkangan pengikut segera selesai dengan "tindakan nyata" percontohan Nabi dengan aksi nyata Nabi sendiri ber"tahalul" mencukur. Lalu diikuti dan selesai. Dalam "pertemuan gerbong" Lebak Bulus penolakan atau kekecewaan tersebut tanpa ditindaklanjuti langkah konkrit Prabowo yang menenangkan atau meyakinkan.

Inti dari semua adalah baiknya kita gunakan argumentasi rasional dan strategis yang memberi kesabaran dan keyakinan menuju kemenangan perjuangan. Hudaibiyah terlalu jauh sebagai hujjah. Malah bila salah salah bisa menyalahkan Hudaibiyah padahal kekeliruan langkah yang tak mulus itu adalah pada peristiwa Lebak Bulus.

Kita tentu masih berharap ada hikmah dari pilihan langkah menuju keberhasilan perjuangan. Tapi jangan melegitimasi dengan dalil sejarah yang terlalu jauh, yaitu perjuangan kenabian. Terlalu naif menyetarakan Perjanjian Hudaibiyah dengan pertemuan Lebak Bulus. Sama saja menyetarakan Dinosaurus dengan Katak kurus.
Ini saja kok masalahnya.

Bandung, 15 Juli 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #pilpres-2019  #jokowi  #prabowo-subianto  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Libur Nataru 2024-2025: Momentum Kebersamaan dan Tantangan Mobilitas Nasional

Oleh Muchlis Ali
pada hari Jumat, 20 Des 2024
Jakarta – Libur panjang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) diperkirakan akan melibatkan lebih dari 110 juta orang yang melakukan perjalanan mudik dan liburan. Mobilitas besar-besaran ini ...
Opini

Program 3 Juta Rumah Prabowo: Ambisi atau Realita?

20 Desember 2024 | 17.14 WIB Presiden Prabowo Subianto meluncurkan program besar berupa pembangunan 3 juta rumah per tahun, yang disebut sebagai langkah strategis untuk mengatasi krisis perumahan ...