JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mensinyalir adanya kelompok yang memanfaatkan isu rasis Papua. Sehingga, situasi di Papua kian memanas.
"Kita yakin semua akan teratasi. Hanya dalam sebuah emosi tinggi yang saat ini dimiliki dari teman-teman Papua maka aparat keamanan juga mengendalikan emosi karena kalau nanti sama-sama emosi nanti ujungnya akan menjadi kurang baik," katanya, Jumat (30/8/2019).
Untuk itu, dirinya meminta masyarakat Papua untuk mengendalikan emosi dan tak mudah terpancing dengan isu-isu yang hanya akan merugikan bangsa Indonesia.
"Para prajurit baik TNI maupun Polri, saya juga sampaikan supaya mengendalikan emosi dengan baik. Melakukan tindakan keras gampang, tetapi rehabilitasi setelah itu menjadi penting," ujarnya.
Moeldoko mengungkapkan, apa yang terjadi di Papua tidak bisa terlepas dari poros politik yang dibangun, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Kerusuhan kembali di Papua sebagaimana disampaikan Kapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Cpl Eko Daryanto berawal dari aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat Kabupaten Deiyai, Papua, dengan tuntutan referendum. Jumlah massa aksi demo di Deiyai Papua ini, kurang lebih seratus orang dan berlangsung di depan di Kantor Bupati Deiyai pukul 13.00 WIT.
Kemudian sekira pukul 14.00 WIT, kurang lebih seribu orang dari beberapa wilayah berkumpul di lapangan Wagete Kabupaten Deiyai. Massa yang membawa senjata tradisional panah, parang, dan batu tersebut kemudian bergerak menuju Kantor Bupati Deiyai. Massa kemudian melakukan aksi anarkis dengan melakukan pelemparan kearah aparat keamanan dan Kantor Bupati.
Aksi yang menuntut Bupati Deiyai untuk menandatangani referendum ini, awalnya aparat kepolisian dan TNI sempat berhasil bernegosiasi. Namun, saat negosiasi masih berlangsung, sekitar seribu orang tiba-tiba datang ke lokasi dari segala penjuru.
Mereka membawa senjata tajam dan bahkan diduga juga membawa senjata api dan menyerang aparat. Pada saat itulah kontak tembak antara massa dengan aparat terjadi yang mengakibatkan satu anggota TNI AD gugur dan lima anggota Polri terluka (akibat) panah.
Satu di antara personel TNI yang meninggal bernama Serda Rikson dan lima anggota lainnya mengalami luka akibat terkena anak panah dilarikan ke Rumah Sakit Enarotali untuk mendapat perawatan. (ahm)