JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Perempuan di Indonesia dinilai masih mengalami banyak diskriminasi, baik di kehidupan politik, ekonomi, dan sosial. Bahkan sistem kesehatan di republik ini dinilai masih sangat patriakhi karena tidak berpihak pada perempuan.
Penilaian seperti ini diutarakan oleh sutradara perempuan Nia Dinata yang banyak membuat film-film dokumenter terkait nasib perempuan di tanah air.
Dalam sebuah acara yang digelar DPD RI di Nusantara IV Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu (20/5/2015), Nia Dinata mengatakan, film-film dokumenternya banyak mengangkat dan menceritakan diskriminasi perempuan, misalnya di bidang kesehatan. Hal tersebut terjadi baik di Rumah Sakit besar di Jakarta maupun di desa.
"Jika perempuan memeriksakan kesehatan organ dalamnya, maka para pekerja medis akan menanyakan 'nona atau nyonya?' Di sini sudah terlihat diskriminasi," kata Nia.
Nia mengungkapkan, dalam potongan film dokumenter yang dibuatnya memperlihatkan bagaimanaseorang bidan yang mengusir pasiennya saat si pasien menyatakan dirinya seorang nona.
Bukan hanya itu saja, lanjut dia, potongan yang lain memberi percakapan seorang dokter yang menyejajarkan pasiennya dengan "setan" saat tahu pasien tidak perawan dan masih berstatus nona.
"Bukti realita di masyarakat menyatakan tak ada empati kemanusiaan. Padahal mereka sama-sama perempuan dan tak tahu alasan ketidakperawanan pasien," lirih dia.
Bahkan, kata Nia, hal tersebut telah diajarkan di sekolah-sekolah kebidanan dan kedokteran.
"Mereka diajar menanyakan status perkawinan, ternyata sistem kesehatan kita pun amat patriarki, dan perempuan diajak berpikir seperti itu," pungkas dia. (al)