JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Aktivis HAM Haris Azhar mengatakan rezim Jokowi mulai panik. Ini karena Sutradara Film Domumenter Sexy Killers Dandhy Laksono dan musisi Ananda Badadu ditangkap oleh Polda Metro Jaya.Pidana yang dituduhkan kepada keduanya dinilai mengada-ada.
Haris Azhar malah mempertanyakan sikap aparat kepolisian yang lambat dalam mengusut video yang beredar soal ambulans berisi batu dan bensi.
"Penangkapan terhadap Dandhy dan Ananda adalah bentuk kepanikan rezim Jokowi melalui polisi terhadap kebangkitan demokrasi rakyat yang semakin kritis dan tajam," kata Haris Azhar saat dihubungi, (27/9/2019).
"Kenapa bukan Buzzer Jokowi yang upload berita palsu soal Ambulans yang di periksa? Diskriminatif. Ini semua rangkain dari berbagai pelanggaran hukum dan HAM yang justru datang dan dilakukan oleh rezim ini," lanjut.
Ia mengaku tindakan yang dilakukan oleh aparat kepolisian mengingatkannya pada rezim Orde Baru.
"Sweeping, kekerasan, penutupan akses bantuan hukum, penutupan akses informasi buat publik dan keluarga korban. Saya jadi ingat Orde Baru. Tapi saya juga ingat bahwa reformasi kan tidak berjalan baik. Justru dikorupsi, jadi pemerintah ini panik," ujar Haris.
Disamping itu, Haris menegaskan bahwa demontrasi mahasiswa yang aksi adalah produk hukum yang sah. Terlebih, mereka tidak lakukan kekerasan.
"Jurnalis meliput juga sah. Itu tugas mereka. Dandhy, Ananda warga yang sah membantu mahasiswa. Justru negara dan pemerintah serta penjilat rezim ini yang melakukan kekerasan, fitnah, pelanggaran hukum," tegasnya.
Sejauh ini, Haris Azhar mengaku telah mendapat banyak laporan berkaitan dengan pelanggaran HAM yang dilakukan pada pemerintahan Jokowi.
"(Laporan pelanggaran HAM) Wah banyak sekali, belum dihitung jumlahnya. Ada puluhan, ke depan akan semakin banyak kekerasan dan banyak orang dipenjara," pungkas Haris Azhar. (Alf)