JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah menjadi Rp15.963 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.913 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, mengatakan penyebaran wabah Virus Corona atau COVID-19 yang semakin mengkhawatirkan dan menyebabkan kepanikan pasar. Menurut Ibrahim, terus bertambahnya kasus positif COVID-19 membuat pelaku pasar menghindar aset-aset berisiko salah satunya mata uang rupiah.
Sementara itu, Bank Indonesia menyatakan rupiah melemah karena berkurangnya aliran modal asing masuk akibat peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. "Hingga 18 Maret 2020, rupiah secara rerata melemah 5,18 persen dibandingkan dengan rerata level Februari 2020, dan secara point to point harian melemah sebesar 5,72 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Perry Warjiyo mengatakan penyesuaian aliran modal asing masuk di pasar keuangan domestik itu terjadi akibat meluasnya penyebaran COVID-19 hingga Amerika Serikat dan Eropa.
Dengan perkembangan ini, menurut dia, rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi sekitar 8,77 persen dibandingkan akhir 2019, seiring dengan pelemahan mata uang negara berkembang lainnya.
Oleh karena itu, Bank Indonesia terus meningkatkan intensitas stabilisasi di pasar Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.
Bank Indonesia membeli Surat Berharga Negara (SBN) senilai hampir Rp195 triliun, termasuk melakukan intervensi di pasar spot dan Domestik Non-Deliverable Forward (DNDF) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
“Ini yang kami terus lakukan menjaga confident di pasar dan memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan menjaga kecukupan likuiditas baik rupiah dan valas,” kata Perry Warjiyo. Selain menginjeksi likuiditas ke pasar uang dan perbankan dengan membeli SBN itu, Bank Indonesia juga melakukan repo dengan agunan surat berharga negara (SBN) dengan nominal sekitar Rp53 triliun.
Bank sentral itu, kata Perry Warjiyo, juga sudah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar Rp51 triliun dan pihaknya akan menambah Rp23 triliun per 1 April 2020.
“Likuiditas valas kami kendorkan yaitu dengan penurunan GWM valas menjadi empat persen atau 3,2 miliar (dolar AS),” katanya.
Dalam kesempatan itu, Perry Warjiyo juga memastikan penentuan nilai tukar di pasar baik melalui broker dan antarbank dilakukan dengan convergence.
“Kami pastikan dari pagi sampai sore Bank Indonesia selalu ada di pasar. Itulah langkah yang kami lakukan menjaga confident, mekanisme pasar, dan juga kecukupan likuiditas agar dalam situasi sangat sulit itu terus dijaga,” katanya.