JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy menilai, pemerintah mencoba 'cuci tangan' terkait kenaikan harga beras saat ini yang mencapai 30 persen. Bahkan, Menteri Perekonomian dan Menteri Pertanian malah menyalahkan pihak lain.
"Menteri Perekonomian Sofyan Djalil menuding adanya invisible hand yang bermain di balik lonjakan harga beras. Sementara Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menuding mafia beras sebagai biang kerok kenaikan harga," kata Noorsy saat dihubungi TeropongSenayan, Kamis (28/5/2015).
Noorsy membantah cadangan beras Indonesia berkurang. Pasalnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menegaskan bahwa saat ini gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) masih menyimpan stok beras sebanyak 1,4 juta ton.
"Stok beras tersebut masih cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, hajat hidup orang banyak dalam prinsip negara modern abad 21 adalah stabilitas harga dan pemerintahan yang baik.
"Tanpa dua hal itu, suatu pemerintahan dianggap gagal menjalan tugas dan peranannya," urai dia.
Jelang Ramadhan dan Idul Fitri sejumlah kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Harga beras di pasaran saat ini mengalami kenaikan sebesar 30 persen. Beras kualitas menengah naik dari harga Rp 9.000 per kilogram menjadi Rp 12.000 per kilogram. Sedangkan beras premium naik dari Rp 11.000 menjadi Rp 15.000.(yn)