JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Pandemi COVID-19 memang belum selesai. Namun, keadaan itu bukan menjadi alasan untuk tidak berbenah demi menyongsong masa depan. Bulan lalu Presiden Joko Widodo menyampaikan korona akan berakhir di akhir tahun. Kemudian pada 2021, kondisi ekonomi negara melalui pariwisata akan mulai merangkak membaik.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) saat ini sudah mulai bersiap-siap untuk menyambut masa itu. Menteri PariwisataWishnutama Kusubandio melakukan persiapan dengan meningkatkan sumberdaya pelaku pariwisata.
Bekerja sama dengan PT Cerdas Digital Nusantara, Kemenparekraf mengadakan pelatihan daring Bahasa Inggris untuk 100 pelaku pariwisata yang tersebar di Indonesia. Ke depannya Kemenparekraf pun akan terus melakukan pelatihan yang sama bagi pelaku pariwisata lainnya.
"Sebagai persiapan menghadapi peluang dan tantangan tersebut serta untuk mengisi waktu pada masa pandemi ini akan sangat tepat jika dimanfaatkan untuk peningkatan kemampuan dan keterampilan, upskilling/reskilling, yang salah satunya yaitu kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing, termasuk bahasa Inggris," kataPlt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Frans Teguh di Jakarta, Jumat (15/5).
TEROPONG JUGA:
>Banyak Orang Lepaskan Stres Akibat Wabah Corona, 2021 Pariwisata Akan Booming
>Sambut Masa Depan yang Sehat dengan Pariwisata Sehat
>DPR Ingatkan Pemerintah Subsidi Industri Pariwisata Jelang Pulihnya di 2021
Frans menjelaskan, kemampuan berbahasa asing bagi pelaku pariwisata merupakan syarat penting yang harus dikuasai. Kemampuan bahasa asing yang mumpuni sangat berpengaruh terhadap komunikasiagar terjalin lebih baik. Pelayanankepada wisatawan atau pengunjung pun dapat dilakukan dengan optimal.
Frans mengatakan seleksi peserta pelatihan bahasa Inggris ini telah dilakukan pada akhir April 2020 dan berhasil menjaring kurang lebih 600 orang. Sebagian mereka berasal dari lima Destinasi Super Prioritas (DSP), daerah terdampak COVID-19, dan destinasi wisata lainnya.
Sebanyak 100 orang dinyatakan lolos dan dibagi menjadi 10 kelompok. Peserta merupakan perwakilan dari pelaku pariwisata yang sebagian besar bekerja sebagai pemandu wisata, pengelola homestay, dan anggota kelompok sadar wisata.
Pelatihan, kata Frans, diselenggarakan selama enam bulan yakni pada Mei hingga November 2020 dengan durasi setiap pertemuan 50 menit. Peserta mengikuti placement test, mid-test, dan final test untuk mengukur pencapaian pembelajaran.
"Dengan mengikuti pelatihan ini para peserta dapat meningkatkan kemampuannya berkomunikasi dalam bahasa Inggris, serta berdampak pada peningkatan daya saing SDM pariwisata, serta keahlian berbahasa Inggris yang diperoleh juga dapat menjadi bekal untuk menyambut datangnya kembali para wisatawan pascapandemi," kata Frans.