Berita
Oleh Rihad pada hari Tuesday, 19 Mei 2020 - 23:39:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Peneliti: Covid 19 Berpotensi Menyebar Lewat Udara, Pakai Masker Sangat Penting

tscom_news_photo_1589905103.jpg
Warga pakai masker (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-COVID-19 ternyata berpotensi menjadi bioaerosol di atmosfer. Bioaerosol adalah mikroorganisme udara yang merupakan materi partikular bakteri yang berasal dari hewan atau tanaman, baik yang bersifat patogenik maupun non patogenik di atmosfer sehingga penularannya dapat menjangkau jarak lebih jauh dari 2 meter.

Meskipun demikian, jangkauan penyebarannya tidak akan terjadi dalam jarak yang sangat jauh seperti puluhan kilometer. Hal ini karena, siklus hidup virus sebagai bioaerosol hanya tiga jam.

Peneliti Lingkungan Atmosfer pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Sumaryati menjelaskan sifat aerosol bisa menyerap air sehinga ukuran virus membesar karena kelembaban di atmosfer yang tinggi.

"Pada malam hari, saat lapisan atmosfer dalam keadaan stabil, aerosol yang berada di dekat permukaan akan cepat mengendap di atas permukaan tanah yang tidak jauh dari sumbernya," ujar dia.

Pada siang hari, papar Sumaryati, karena atmosfer cenderung tidak stabil, aerosol cenderung menyebar secara vertikal ke atas dan sulit mengendap.Jika ada angin maka dapat tersebar.

Studi di Brazil menunjukkan temperatur yang tinggi dapat mematikan virus dengan ambang batas sekitar 25 derajat celcius.

Hasil kajian literatur mengenai bioaerosol COVID-19 tersebut merekomendasikan bahwa pemutusan mata rantai penyebaran tidak cukup dilakukan dengan menjaga jarak sosial (Physical Distancing) sejauh 2 meter, namun diperlukan upaya untuk mengisolasi sumber dan penggunaan alat perlindungan diri berupa masker dan face shield.

Oleh karena itu, kebijakan karantina wilayah dan PSBB harus terus dilakukan dengan mendasarkan kebijakan pada data sebaran harian COVID-19 yang valid,” tuturnya.

Peneliti Nebraska

Penelitian lain yang diterbitkan pada Maret 2020 oleh Universitas Nebraska menemukan bukti konkret dari sebaran virus di udara yang ada di ruang isolasi. Mereka mengumpulkan udara sekitar 1,5 meter jauhnya dari pasien yang positif Covid-19.

Namun demikian, analisis awal dari 75.500 kasus Covid-19 oleh para ilmuwan Cina tidak menemukan adanya kasus penularan virus ini melalui udara. Mereka meyakini bahwa kemungkinan tertular virus bergantung pada jumlah virus yang menyerang tubuh, yang bisa jadi lebih rendah ketika menghirup jejak aerosol virus di udara daripada bersentuhan langsung dengan tetesannya.

Studi ini tidak menentukan apakah virus itu menular di daerah rumah sakit tetapi melihat virus corona ini memiliki potensi menular melalui aerosol.

“Hasil kami menunjukkan bahwa ventilasi ruangan, ruang terbuka, sanitasi pakaian pelindung yang tepat, dan disinfeksi area toilet dapat secara aktif membatasi konsentrasi RNA SAR-CoV-2 dalam aerosol,” kata peneliti.

Mereka menyebut potensi penularan virus melalui udara masih belum dipahami dan menyerukan adanya penelitian lebih lanjut tentang masalah ini. Penelitian terkait diperlukan karena hasilnya akan menentukan cara penanganan terhadap virus.

tag: #corona  #masker  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement