JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Gegara duduk di kursi partai oposisi pada waktu Raja Malaysia pidato parlemen Malaysia 18 Mei lalu, Mahathir Mohamad, mantan Perdana Menteri Malaysia, dipecat dari partainya: Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu).
Waktu itu ia dianggap mbalelo karena tidak duduk dengan koalisi Perikatan Nasional yang dipimpin oleh Muhyiddin Yassin yang juga Perdana Menteri Malaysia yang ditunjuk Raja.
Selain Mahathir, Mukhriz Mahathir, Syed Saddiq Abdul Rahman, Amiruddin Hamzah dan Maszlee Malik juga dipecat.
Seperti disiarkan channelnewsasia.com (29/5/2020), mereka diberitahu bahwa mereka telah dipecat dari partai dengan surat yang ditandatangani oleh Sekretaris Eksekutif Bersatu, Muhammad Suhaimi Yahya.
Pasca pemecatan itu, Mahathir menegaskan bahwa di mana ia duduk selama parlemen satu hari duduk seharusnya tidak menjadi penyebab pemecatannya dari Bersatu.
"Tidak ada ketentuan dalam konstitusi (partai) mengenai tempat saya duduk. Saya bisa duduk di mana saja, saya tidak melakukan apa pun terhadap konstitusi.,” katanya dalam jumpa pers yang digelar di kantor Bersatu, Petailing Jaya, Selangor.
"(Duduk dengan blok oposisi) tidak berarti saya telah meninggalkan partai. Saya bisa duduk di mana saja di parlemen," imbuhnya kepada wartawan.
Mahathir pada Mei 2018 memimpin koalisi Pakatan Harapan (PH) meraih kemenang dalam pemilihan umum dan menjadi Perdana Menteri.
Namun, Muhyiddin Yassin, yang adalah presiden Bersatu, memimpin partai keluar dari PH pada bulan Februari tahun ini. Lalu Mahathir mengundurkan diri sebagai perdana menteri, memicu runtuhnya pemerintahan PH.