JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Nama John Refra Kei alias John Kei kembali menjadi perbincangan. Bekas narapidana yang belum genap enam bulan bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan di Cilacap, Jawa Tengah, John Kei kembali berulah.
Tim gabungan dari Direktorat Resese Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Polres Tangerang Kota dan PolresBekasiKota menangkap John Kei bersama 25 anak buahnya di rumahnya di perumahan Taman Titian Indah, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Minggu malam, 21 Juni 2020.
Namun, dari semua itu teryata kisah perjalan hidup John Kei cukup mengesankan dan pada akhirnya memiliki anak buah yang cukup banyak.
Kisah perjalanan hidup John Kei pernah dibahas saat diwawancara Pendeta Gilbert Lumoindong, dan diposting dalam program #KAMUHEBAT Pendeta Gilbert di akun youtubenya dengan judul "John Kei Menangis Ingat Keluarga.
John Kei memulai ceritanya dengan mengisahkan peristiwa ketika ia keluar dari kampungnya pada tahun 1986.
John Kei berbohong pada ibunya untuk bisa pergi ke Jawa. Dia mengaku hanya akan pergi ke Dobo sekitar 1 bulan lamanya. Dobo tidak jauh dari kampung halamannya di Kei,MalukuTenggara.
Tapi nyatanyaJohnKeijustru pergi ke Surabaya tanpa sepeser pun uang. Di Surabaya,JohnKeitinggal bersama keluarganya. Dia lalu sempat mencoba mendaftar menjadi prajurit TNI Angkatan Laut pada tahun 1987.
Dia kemudian gagal mengikuti tes lantaran memukul peserta lain saat proses seleksi. "Ada peserta yang panggil Ambon Itam. Ya saya hajar," ujar John Kei.
Akibat perkelahian itu,JohnKeitidak sempat ikut tes, ia lekas dikeluarkan. "Setelah itu saya tato badan untuk melupakan masuk Angkatan Laut," ujarJohnKei.
Tahun 1988,JohnKeipergi ke Jakarta. Di Jakarta ia ditampung di rumah kerabatnya yang lain di kawasan Berlan. Lucunya, saat itu John Kei tidak tahu rumah kerabatnya di Jakarta. Dia hanya diberitahu bahwa rumahnya ada di kawasan Berlan.
John Kei sempat bingung mencari rumah kerabatnya sampai melihat sebuah celana jins tergantung depan sebuah rumah. Ia ingat bahwa itu celana jins milik kerabatnya ketika datang ke Surabaya.
John Kei pun memilih masuk ke dalam rumah, dan ternyata benar. Pendeta Gilbert Lumoindong tertawa lebar mendengar cerita bagaimanaJohnKeitiba di Jakarta pertama kali.
Dari sanalahJohnKeimulai mengenal kehidupan malam. Ia bekerja dari satu pub ke pub lain. Pekerjaan di diskotek ini ia mulai kerjakan tahun 1988. Sampai akhirnya bekerja menjadi Satpam di salah satu diskotek di Jalan Jaksa.
Ia memperoleh gaji Rp 200.000 per bulan. "Tapi tiap bulan terima kertas aja karena banyak utang," ujarJohnKei.
Tapi ia tak lama menjadi Satpam karena berkelahi dengan bosnya. Dia menghancurkan semua barang-barang bosnya, lalu kembali ke kampung halamannya di Pulau Kei.
John Kei menceritakan bahwa ketika ia pulang ke kampung halamannya, kondisi keuangannya sudah jauh lebih baik. Bahkan ibunya sampai terharu dengan apa yang bisa didapatkanJohnKei.
Dia kemudian kembali bekerja di Jalan Jaksa, lalu terlibat kasus pembunuhan di jalan jaksa di tahun 1992. Dia divonis 5 tahun penjara, dan bebas pada tahun 1995.
Menurut John Kei, setelah ia keluar penjara untuk pertama kalinya, saat itulah kekuatannya mulai terbangun.
Dia jadi memiliki anak buah, dan banyak orang mulai memilih bergabung dengannya. Hal itu membuatnya jadi seperti pimpinan geng.
Saat itu,JohnKeimengklaim bahwa dirinya sudah memiliki pasukan di mana-mana. Di awal bisnisnya,JohnKeipaling anti dengan pekerjaan menjaga tempat hiburan.
"Jadi kalau saya ketemu pengusaha, you kasih kerjaan saya kerja. Tapi kalau kerja jadi security saya tidak. Tapi kalau ada kerjaan jadi debt collector, itu pasti saya mau," ujarJohnKei.