Berita
Oleh Alfin Pulungan pada hari Minggu, 26 Jul 2020 - 17:45:19 WIB
Bagikan Berita ini :

DPR: Pemerintah Harus Subsidi Smartphone untuk Siswa Tak Mampu

tscom_news_photo_1595753803.jpeg
Wakil Ketua DPR Fraksi Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meminta pemerintah untuk mensubsidi kebutuhan belajar online bagi orang tua siswa yang tak mampu membeli smartphone. Dasco menyampaikan hal tersebut menyusul adanya kasus yang dialami siswa SMP di Rembang, Jawa Tengah, bernama Dimas Ibnu Alias.

Ia mengaku merasa miris dan geram lantaran Dimas terpaksa datang ke sekolah untuk belajar sendirian karena tak memiliki smartphone. Padahal, kondisi pandemi mengharuskan siswa untuk belajar dari rumah.

"Banyak Dimas-Dimas lain di luar sana yang tidak terekspos media, yang punya keinginan belajar tapi orangtuanya tidak mampu membeli smartphone dan kuota. Maka, khusus untuk orangtua yang tidak mampu, pemerintah bisa mensubsidi dari dana pendidikan," kata Dasco dalam keterangan tertulisnya, Ahad, 26 Juli 2020.

Politikus Partai Gerindra ini menuturkan, sekarang sudah banyak smartphone dijual dengan harga yang murah.

Ia menjelaskan, dengan harga smartphone Rp 1 juta, misalnya, pemerintah bisa mensubsidi orangtua siswa sebesar 50 persen untuk pembelian ponsel tersebut. Sisanya, 50 persen dicicil oleh orangtua selama 1 hingga 2 tahun melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Untuk menunjang aktivitas belajar, pemerintah juga diminta membuat jaringan internet khusus bagi para siswa. Dalam jaringan internet itu, setiap siswa diberi ID khusus untuk log in (masuk) ke aplikasi belajar online. Internet pun dirancang hanya untuk terkoneksi ke aplikasi tersebut.

Dengan begitu, kata Dasco, orangtua tidak harus membeli kuota, tapi proses belajar mengajar tetap bisa terlaksana. "Apalagi sekarang belajar online berjam-jam bukan hanya satu jam, maka akan semakin berat beban orangtua," katanya.

Dasco menyarankan pemerintah untuk tak memberikan uang atau kuota bagi para siswa belajar online dari rumah. Sebab, pemberian uang atau kuota bisa digunakan untuk mengakses kegiatan di luar belajar mengajar seperti game atau YouTube.

"Makanya saya sarankan dari awal, berikan ID, ID itu untuk masuk pada aplikasi khusus belajar online. Internet terkoneksi khusus hanya untuk aplikasi tersebut," jelasnya.

Ia yakin jika hal-hal tersebut bisa direalisasikan pemerintah, para siswa tetap dapat belajar online tanpa membebani orangtua mereka.

"Jika pemerintah mau, maka Dimas bisa belajar online tanpa harus ke sekolah dan orangtua Dimas tidak lagi dibebani dengan urusan kuota," kata Dasco.

Seperti diketahui, Dimas Ibnu Alias karena keadaan ekonomi keluarga yang sulit mengharuskan ia berangkat ke sekolah di SMPN 1 Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Ia terpaksa belajar tatap langsung dengan gurunya meski hanya sendirian.

Siswa kelas VII itu terpaksa mengikuti pelajaran di kelas saat teman-temannya belajar lewat daring menggunakan smartphone karena ia tak punya ponsel.

"Barangkali, bagi keluarganya, beras jauh lebih dibutuhkan daripada ponsel pintar dan kuota internet," kata Kepala SMPN 1 Rembang Isti Chomawati, Kamis (23/7).

Dimas adalah anak dari pasangan Didik Suroyo, seorang nelayan, dan Asiatun, yang bekerja sebagai buruh pengeringan ikan. Mereka tinggal di RT 1 RW 1 Desa Pantiharjo, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang.

Setiap hari, Dimas berangkat ke sekolah diantar ibunya. Dia lalu pulang dengan diantar wali kelasnya sampai di rumahnya.

"Ia datang diantar ibunya naik sepeda motor. Setelah itu ditinggal lantaran ibunya bekerja sebagai karyawan pengeringan ikan. Selesai pembelajaran, Dimas diantar wali kelas sampai rumah," kata Isti.

tag: #pendidikan  #belajar-daring  #dpr  #sufmi-dasco-ahmad  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement