JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Anggota Komisi Kesehatan (Komisi IX) DPR Saleh Partaonan Daulay meminta pemerintah tak asal pakai vaksin Sinovac asal China sebelum memastikan keamanannya terlebih dahulu melalui uji klinis tahap tiga.
Ia meminta pemerintah harus menjamin 1.620 orang yang menjadi sukarelawan tes vaksin itu tidak mengalami efek berbahaya usai dilakukan uji klinis.
"Gimana jaminannya, apakah ada sesuatu yang membuat mereka tetap tenang demi mengikuti tes ini? Jangan sampai mencabut nyawa juga itu untuk tes ini," kata Saleh dalam diskusi virtual yang digelar Ahad, 26 Juli 2020.
Pemerintah, kata Saleh, harus menjelaskan alasan dilakukannya uji klinis tahap tiga vaksin di Indonesia, khususnya di Bandung oleh Universitas Padjajaran. Ia mempertanyakan mengapa seluruh tahapan uji klinis vaksin tidak dilakukan di China.
"Jangan sampai seperti yang ada di persepsi publik, masyarakat awam mengatakan loh ini orang China datang ke Indonesia bikin kita ini jadi kelinci percobaan," ujarnya.
Menanggapi Saleh, Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengklaim bahwa uji klinis tahap tiga suatu vaksin dapat dipastikan aman. Pasalnya, vaksin tersebut sudah melalui uji klinis tahap satu dan dua.
Sementara vaksin yang diuji klinis hingga tahap tiga, kata Pandu, bisa dipastikan aman.
"Jadi kalau tidak lolos fase satu, fase dua, enggak mungkin bisa lompat ke fase tiga walaupun dalam keadaan emergency sekalipun harus lewat fase satu fase dua. Karena itu sudah diyakinkan aman," jelas Pandu dalam diskusi yang sama.
Pandu menuturkan, pengembangan vaksin memang butuh waktu yang lama dan berbiaya tinggi. Sebelum sampai ke tahap tiga, uji klinis harus dipastikan lulus tahap satu dan tahap dua.
Ia menjelaskan, uji klinis tahap satu, yakni meneliti apakah vaksin dapat merangsang antibodi. Tahap dua, mencari tahu dosis yang efektif untuk meningkatkan antibodi. Sementara ketiga, baru dilakukan uji klinis apakah vaksin tersebut efektif bagi penggunanya.
Agar dapat lulus seluruh tahapan uji klinis, sebuah vaksin harus diujikan ke masyarakat yang skalanya besar dan bervariasi. Oleh sebab itu, Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut melakukan uji klinis tahap tiga vaksin ini.
Pandu mengimbuhkan, untuk memastikan keamanannya, uji klinis juga seharusnya dilakukan dengan pengawasan yang ketat. Tujuannya, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, proses uji klinis bisa dihentikan.
"Kalau nanti ada masalah makanya pengawasannya ketat, ada sesutau yang tidak teridentifikasi pada fase satu fase dua itu bisa dihentikan. Misalnya, ada yang sampai terhadi meninggal misal, jadi makanya ada satu board yang independen yang harus memonitoring side effect tadi," katanya.
Seperti diketahui, pemerintah akan segera menggelar uji klinis tahap tiga vaksin Covid-19 asal China, Sinovac. Saat ini pemerintah Indonesia telah menerima 2.400 vaksin. Uji coba dilalukan pemerintah yang bekerja sama dengan PT Bio Farma.
"Rencana kita awal Agustus kalau lancar itu sudah bisa dilakukan uji klinis tahap tiga," kata Corporate Secretary PT Bio Farma Bambang Heriyanto dalam diskusi yang digelar secara virtual, Ahad, 26 Juli 2020.