JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Momen pesta demokrasi yang ditandai dengan pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020 menyimpan sejumlah benih persoalan yang berpotensi menjadi polemik di masyarakat. Selain urgensi pencegahan penularan virus, langkah preventif yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah menangkal terjadinya politik identitas.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengatakan para calon kepala daerah seharusnya mampu mengedepankan orientasi gagasan ketimbang mengukur kemampuan lewat identitas sosial.
Dengan menunjukkan kemampuan gagasan saat kampanye, menurut Benny, hal itu dapat mencegah terjadinya konflik SARA. Sebab, masyarakat akan diarahkan pada menilai kompetensi masing-masing calon kepala daerah dan bukan melihat apa latar belakang suku maupun agamanya.
"Orientasi pada adu gagasan, maka potensi konflik akan kecil karena masing-masing calon menampilkan gagasan dan program yang konkret dan bukan lagi terjebak pada SARA," kata Benny saat dihubungi, Ahad, 27 September 2020.
Selama ini ajang pemilihan umum seringkali dijadikan momen unjuk identitas dan status sosial. Apalagi, masyarakat daerah yang primordial kerap mudah terpancing dengan isu-isu menyangkut label suku dan agama. Padahal, identitas itu tak meniscayakan keunggulan kompetensi.
Benny mengajak masyarakat agar menilai calon kepala daerah berdasarkan gagasan logis yang diusung serta sejauh mana program yang akan digulirkan mampu membawa perubahan signifikan pada daerahnya. Dengan berpijak pada "apa" yang diusung ketimbang "siapa" yang mengusung, masyarakat akan lebih menyentuh hal yang substansial dalam ajang pilkada.
Fokus masyarakat, kata Benny, adalah membandingkan keunggulan gagasan para pasangan calon (Paslon). Dalam konteks ini, partai politik didorong untuk mengarahkan kadernya yang maju pilkada agar memahami permasalahan daerah pilihannya. Paslon pun semata-mata tidak lagi berorientasi pada kekuasaan melainkan berniat melayani rakyat.
Mengenai perbedaan pandangan dan pilihan politik, Benny mengingatkan masyarakat untuk menyikapi hal itu sesuai koridor kemanusiaan dan persatuan yang ada dalam nilai Pancasila. Kemanusiaan akan merawat harmonisasi masyarakat yang berbeda dalam politik, sementara persatuan akan menjadikan perbedaan politik itu dimaknai sebagai kompetisi menuju yang terbaik.
"Saatnya kampanye lebih pada pendewasaan memilih untuk mendapatkan calon kepala daerah yang mampu memberikan harapan bahwa mereka layak dipilih (karena) memiliki agenda yang jelas terhadap masalah yang dihadapi sekarang," kata pria yang akrab disapa Romo ini.
Benny mengatakan kompetensi paslon yang dipilih akan menentukan kapasitas dan kesiapannya dalam menangani masalah pandemi yang kini belum terselesaikan. Justru karena musibah pandemi ini, kata Benny, seharusnya dijadikan momen untuk memilih kepala daerah yang punya kemampuan mengatasi Covid-19.
"Calon kepala daerah diharapkan memberikan solusi yang konkret mengatasi Covid-19 dan memperkuat ekonomi dalam masa pendemi," ujar Benny.
Benny pun mengimbau para calon kepala daerah agar materi kampanye mereka disampaikan lewat dunia maya maupun sarana radio dan TV lokal. Tujuannya, agar mencegah terjadinya klaster penyebaran virus baru.
Ia pun meminta agar program kampanye para paslon lebih mengutamakan solusi penanganan pandemi dan mengatasi krisis ekonomi.
"Pilkada setiap calon bupati dan walikota diharapkan mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan kampanye yang mengarusutamakan media sosial dan tidak menggunakan kerumunan massa, karena displin mengikuti protokol kesehatan kunci dari rasa tanggungjawab kemanusiaan dan menjaga keselamatan jiwa," pungkasnya.