JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Komitmen investasi asing yang tercatat ingin masuk ke Indonesia nyatanya belum banyak direalisasikan investor. Padahal, dalam kondisi saat ini Indonesia membutuhkan banyak investasi besar untuk mendorong perekonomian.
Kondisi tersebut membuat Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat berencana memanggil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia terkait banyaknya komitmen investasi yang belum direalisasikan oleh investor tersebut.
"Katanya komitmen investasi besar, tapi realisasinya minim. Kami perlu duduk dengan mitra kami dari BKPM untuk mengevaluasi sebenarnya ada apa sih. Banyak berita gembira komitmen investasi begitu, tapi realisasinya belum ada,” kata anggota Komisi VI DPR RI, Amin AK, dalam keterangannya, Jumat 18 Desember 2020.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, rencana investasi asing ke Indonesia yang cukup tinggi tidak diimbangi dengan realisasi komitmen investasi.
Ia memaparkan, investor kerap menemui berbagai hambatan merealisasikan rencananya. Selain soal perizinan, lahan dan tenaga kerja, hambatan juga dipicu kurang ketatnya koordinasi antara kementerian dan lembaga sertai hubungan pemerintah pusat dan daerah.
Menurutnya, hal lain yang menjadi pertimbangan investor dalam merealisasikan investasi adalah insentif pajak. Maklum, di tengah kompetisi antar negara dalam memperebutkan investasi, insentif pajak akan menjadi pemanis untuk menambah daya tarik suatu negara.
Itu sebabnya, Yusuf bilang, perlu juga mempertimbangkan pemberian insentif berdasarkan kebutuhan industri yang akan dibidik oleh investor. Tentu, ini membutuhkan usaha yang lebih besar untuk menghitung kebutuhan insentif setiap sektor dan berapa lama imbal hasil masing-masing sektor.
Pemberian insentif dalam rangka menarik investasi tidak bisa dipukul rata. Karena jika ditilik lebih dalam, investor yang berkomitmen untuk berinvestasi datang dari berbagai jenis industri mulai industri manufaktur, barang konsumen hingga produk inovasi seperti mobil listrik. Hal ini menunjukkan bahwa investor membutuhkan jenis insentif yang berbeda.
"Ini mungkin saja dilakukan dalam rangka menarik investasi untuk mendorong masing-masing industri," ujar Yusuf.