JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Survei kolaborasi antara UNICEF, UNDP, Prospera dan The SMERU Institute memperkirakan 51,5 persen rumah tangga tidak memiliki tabungan yang bisa digunakan sebagai dana darurat. Bahkan 27,3 persen rumah tangga sudah menggadaikan kepemilikan barang-barang. Hal ini terjadi akibat pandemi Covid-19 yang belum berakhir sampai sekarang. Situasi akan semakin mengkhawatirkan jika bantuan sosial dihentikan.
“Kami juga menemukan ada peningkatan jumlah anak yang bekerja, sekitar tujuh persen rumah tangga memiliki anak yang bekerja di mana 2,5 persennya bekerja sejak pandemi," ujar Deputi Direktur The SMERU Research Institute Atia Yuma saat diskusi daring di Jakarta, Kamis (4/3).
Selain itu, 57,3 persen orangtua menghadapi kesulitan dalam mengakses koneksi internet yang mengakibatkan 20,5 persen anak mengalami konsentrasi dalam belajar bahkan 12,9 persen anak menjadi lebih mudah marah.
Anak Miskin
Sebanyak dua juta anak di Indonesia akan jatuh ke kemiskinan jika bantuan sosial (bansos) terhadap rumah tangga diberhentikan pada tahun 2021. “Kemiskinan anak dapat meningkat, UNICEF memperkirakan lebih dari dua juta anak di Indonesia akan jatuh ke kemiskinan jika bantuan sosial terhadap rumah tangga dihentikan pada tahun 2021,” katanya.
Atia menyebut sebanyak 30 persen dari 12.216 sampel rumah tangga yang terlibat survei merasa khawatir tidak bisa memberi makan keluarga.
“Penurunan pendapatan dan gangguan sistem pasokan makanan adalah faktor-faktor utama yang menyebabkan kerawanan pangan,” katanya.
Survei yang digelar pada Oktober dan November 2020. SMERU menyarankan pemerintah untuk memberikan dukungan yang lebih besar bagi anak-anak mulai dari perlindungan sosial hingga kesehatan dan gizi. Selain juga memperluas cakupan bantuan pangan, mempertahankan dukungan untuk kelompok pendapatan menengah ke bawah dan integrasi data penerima bantuan sosial.