JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-- Anak perusahaan Bank BRI, PT Bringin Gigantara (BRICash) terkesan enggan untuk melakukan validasi dan rekonsiliasi data dengan PT Samudera Sumber Mandiri. Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Samudera Sumber Mandiri, Samudra Parsaroan kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (18/3/21).
Samudra mengatakan saat pihaknya melakukan pertemuan dengan pihak Bringin Gigantara, belum ada titik terang dengan nasib tagihannya. Samudra menyebutkan pihak legal dari Bringin Gigantara bicaranya berbelit-belit dan memutar.
"Di pertemuan itu yang hadir dari PT Bringin Gigantara (BG) ada direktur operasional dan beberapa pihak legalnya. Sementara dari kami, ada 4 orang termasuk saya," kata Direktur Utama PT Samudra Sumber Mandiri, Samudra Parsaroan.
Samudra menyebutkan direktur operasional PT BG, Hepman Damanik mengakui proses validasi data tagihannya belum selesai. Dia menambahkan hal itu disebabkan data tagihan yang perlu divalidasi itu berjumlah 3.300 data.
"Direktur operasional PT BG, Hepman Damanik mengakui proses untuk memvalidasi datanya lama. Prosesnya dari disetor sampai pertemuan kemarin sudah 1 tahun lebih, masak prosesnya untuk validasi data saja sampai setahun di era serba digital, sungguh tidak masuk akal. Saya menantang untuk rekonsiliasi dan validasi data paling cepat 7 hari dan paling lama 14 hari. Setelah itu harus ada pembayaran, " kata Samudra.
Menurut Direktur Operasional PT Bringin Gigantara Hepman Damanik dalam rekaman yang diterima redaksi, proses lamanya pembayaran itu disebabkan beberapa faktor.
"Ada beberapa faktor yang menghambat proses ini salah satunya validitas data dari tagihan yang disetorkan. Kami butuh waktu untuk mengumpulkan data-data tagihan yang berjumlah 3.300 data yang tersebar di daerah," kata Direktur Operasional PT Bringin Gigantara, Hepman Damanik di dalam pertemuan yang terjadi di kantornya di Jakarta, (15/3/21).
Pria yang pernah menjabat sebagai karyawan dari Bank BRI ini mengatakan dengan kondisi saat ini pihaknya belum bisa menugaskan khusus kepada stafnya untuk melakukan pengumpulan ribuan data tagihan yang tersebar di berbagai daerah Indonesia.
"Saya harus tanya dulu kepada staf saya untuk memprediksi secara tepat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengumpulan data yang berjumlah 3 ribuan itu," kata Hepman.
Atas dasar itulah, meskipun jabatannya sebagai salah satu direksi di perusahaan BRI Cash, namun Hepman belum bisa memberikan jawaban yang tegas terkait tantangan melakukan rekonsiliasi data.
"Terus terang saya tidak mengerti hukum, dan belum bisa memberikan jawaban untuk ketepatan waktu melakukan rekonsiliasi data. Nanti kami kabarkan ke bapak setelah kami siap. Namun untuk waktunya belum bisa dipastikan kapan," tandas Hepman.
Sulitnya pihak PT Bringin Gigantara juga disebutkan Kepala SDM BRICash, Sujadi saat ditemui di bilangan Bendungan Hilir beberapa waktu lalu, disebabkan banyaknya data berada di cabang perusahaan yang tersebar di seluruh daerah.
"Kami kesulitan mengumpulkan data untuk validasi data disebabkan banyaknya data tagihan itu di cabang perusahaan yang ada di daerah," kata Sujadi.
Terkesan dari pernyataan tersebut jika sistem anak perusahaan BRI itu belum maksimal secara komputerisasi. Sumber yang bisa dipercaya mengatakan, pernyataan tersebut sangat tidak masuk akal. Sumber itu menegaskan semua sistem administrasi perusahaan PT Bringin Gigantara di bawah Yayasan Dana Pensiun BRI sudah tersusun secara baik dan komputerisasi.
"Itu ngga mungkin karena semua sudah komputerise, ini era digital masak masih manual sih," kata sumber yang enggan disebutkan namanya.