JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar), dr Farid Husain meninggal dunia, Selasa (23/3/2021) malam. Semasa hidup, Farid tak hanya dikenal sebagai seorang dokter, namun juga juru damai. Sejumlah konflik besar, mulai dari Aceh, Poso, Ambon, Papua, hingga Afganistan, pernah dia tangani.
Almarhum sempat dirawat sejak 15 Maret 2021 di RS Wahidin Sudirohusodo. Karena kondisinya menurun drastis, dia mendapat perawatan intensif di ruangan infection center. Pria 71 tahun itu akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Selasa malam setelah dinyatakan positif Covid-19.
"Telah berpulang ke rahmatullah, suami/kakek/ayahanda/paman kami tercinta Farid Wajdi Husain pada pukul 20.18 WITA, Selasa," ujar Langgo Farid sebagai keluarga dari Farid Wajdi melalui pesan tertulisnya.
"Jika masih ada sangkutan beliau mohon menghubungi keluarga untuk diselesaikan segera. Semoga segala kebaikan yang telah dilakukan beliau bisa menjadi pahala jariyah di akhirat nanti," tambahnya.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla (JK) pun mengakui Farid sebagai tokoh perdamaian yang ikut berperan aktif menyelesaikan berbagai konflik di Tanah Air. “Dokter Farid, seorang tokoh perdamaian yang ikut berperan aktif dalam penyelesaian konflik Poso, Ambon dan Aceh. Jasanya sangat besar kepada negara," ujar JK dalam keterangan tertulisnya.
Farid mulai terlibat dalam penyelesaian konflik sejak menjadi staf JK yang saat itu menjabat Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra). Dia mengisi jabatan Staf Ahli Menko Kesra Bidang Peran Serta Masyarakat (2001-2002) lalu diangkat menjadi Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Kesehatan dan Lingkungan Hidup (2002-2005).
Farid pertama kali terjun saat menyelesaikan konflik di Poso, kemudian juga turun tangan dalam konflik Papua. Yang cukup bersejarah ialah saat Farid turut menangani konflik Gerakan Aceh Merdeka dengan RI. Farid merupakan salah satu anggota delegasi Indonesia dalam perundingan dengan GAM di Helsinki, Finlandia tahun 2005 bersama Martti Ahtisaari selaku mediator.
Perundingan ini bersejarah karena menghasilkan Kesepakatan Helsinki yang mengakhiri 30 tahun konflik Aceh. Kesepakatan yang ditandatangani pada 15 Agustus 2005 ini juga merupakan pertama kalinya dalam sejarah Indonesia bahwa gerakan separatis diselesaikan dengan solusi politik yang komprehensif.
Farid lahir dari keluarga guru di Soppeng, Sulawesi Selatan, 9 Maret 1950. Dia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (1978) dan meraih gelar Spesialis Bedah di FK Unhas (1981) lalu Spesialis Bedah Digestif di Unhas (1984). Almarhum sempat melanjutkan pendidikan spesialisasi kedokteran di Free Universiteit Amesterdam, Belanda (1985).
Almarhum mengawali karier sebagai dosen di FK Unhas Makassar (1978-2002), kemudian menjabat Direktur Utama Rumah Sakit Islam Faisal Makassar (1995-2002). Kemudian dia menjadi staf Menko Kesra JK hingga menjabat beberapa posisi penting, seperti Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan (2005-2010), Komisaris Utama PT Askes (Persero).
Farid pernah menjabat Komisaris Independen PT Kimia Farma (Tbk) (2013-2015), menjadi Komisaris Utama/Komisaris Independen PT Kimia Farma (Tbk) (2015–2018). Sejak tahun 2006 hingga kini masih menjabat sebagai Dewan Pengawas Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo. Tahun 2015 hingga sekarang juga masih menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat PMI Jakarta. Sejak 2018 hingga sekarang, dokter Farid dikabarkan menjadi komisaris Bio Farma, perusahaan yang mendistribusikan vaksin Covid-19 buatan Sinovac.