SUKOHARJO (TEROPONGSENAYAN) --Sepanjang Ramadan, Golkar menghelat program Golkar Peduli untuk menyalurkan bantuan sosial. Program tersebut merupakan bagian dari “Kita Satu Untuk Indonesia” yang dicanangkan partai berlogo beringin itu.
Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Singgih Januratmoko dalam kegiatan tersebut, menyerahkan 9.000 paket bantuan di wilayah Sukoharjo, Klaten, Bali, dan Kota Surakarta.
“Bentuk ketakwaan umat Islam, baik saat Ramadan maupun hari-hari setelahnya adalah berbagi,” ujar Singgih Januratmoko yang duduk di Komisi VI DPR RI itu.
Menurut Singgih, bersedekah saat Ramadan maupun pada hari-hari biasa, merupakan bentuk ketakwaan yang memiliki dimensi kesalehan sosial.
“Kita harus peduli dengan warga di sekitar kita, apalagi saat pandemi seperti ini sangat penting untuk meringankan beban sesama,” ujarnya. Pandemi ini memerlukan perhatian semua pihak dan seluruh elemen bangsa.
Bantuan sosial yang berisi paket sembako tersebut, diserahkan kepada warga di empat kabupetan/kota. Warga yang memperoleh bantuan, menurut Singgih adalah para fakir miskin dan mereka yang terimbas secara ekonomi akibat pandemi Covid-19. Para relawan, menurut Singgih menggali data dari RT dan RW, agar paket sembako tersebut tepat sasaran.
“Krisis kesehatan ini, bila dibiarkan berlanjut akan menjadi krisis ekonomi. Pemerintah telah berusaha membendung wabah dengan vaksin, namun itu tak cukup. Seluruh elemen bangsa harus bergerak mengatasi pandemi membantu pemerintah,” ujar Singgih.
Menurutnya, wabah bisa segera diatasi dengan modal sosial berupa gotong-royong yang merupakan budaya bangsa Indonesia.
“Sejak zaman nenek moyang kita, gotong-royong menjadi solusi. Ini adalah sikap yang kita butuhkan agar masalah bangsa teratasi,” ungkapnya.
Gotong-royong menurutnya menunjukkan sikap peduli dan kepekaan sosial.
Ia berharap kepekaan sosial jangan sampai memudar di tengah modernisasi dan derap pembangunan, yang melahirkan kelas menengah. Meskipun secara global, terdapat kecenderungan negara atau lembaga bisnis bersatu, namun secara individu manusia kian individual.
“Inilah pentingnya menghidupkan kembali semangat gotong-royong dan kepekaan sosial. Pandemi ini butuh perhatian semua pihak,” ujarnya.
Ia mencontohkan, larangan mudik dari pemerintah tak sepenuhnya dipatuhi masyarakat.
“Hal ini menunjukkan kepekaan sosial dan mementingkan diri sendiri masih muncul di kalangan masyarakat,” ujarnya.
Menghadapi wabah bukan hanya dari sisi teknologi kesehatan, namun pengorbanan dari aspek sosial juga sangat penting.
Bentuk pengorbanan tersebut, salah satunya, menurut Singgih yakni dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pengganti silaturahim selama wabah.
“Kita tidak bisa mudik, bisa menggunakan video call atau bertelepon,” ujarnya.