Akhir-akhir ini hiruk pikuk kesulitan yang dihadapi PT.Garuda Indonesia yang bisa berakibat fatal luput dari perhatian publik, sungguh memprihatinkan loh..
Sulit dibantah bahwa maskapai Garuda Indonesia yang didirikan dalam kancah Revolusi pada tahun 1949 sebagai penerbangan sipil adalah "Flag Carrier" Negara Repoeblik Indonesia, melengkapi penerbangan militer AURI (TNI) yang didirikan 3 tahun sebelumnya pada 9 April 1946. Ini sama halnya dengan Bank Negara Indonesia sebagai salah satu bank milik pribumi yang dilahirkan di kancah revolusi pada 5 Juli tahun 1946.
Dalam sejarah berdirinya adalah Presiden Soekarno yang memberikan nama Garuda pada tahun 1949 sebagai maskapai penerbangan sipil dengan mensadur kutipan sajak berbahasa Belanda : "Aku adalah Garuda, burung milik Wishnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu". Jadi, Identitas maskapai Garuda Indonesia merefleksikan ikonik wajah Indonesia berlandaskan Garuda Pancasila dan Bhineka tunggal Ika yang mampu melanglang buana untuk mengharumkan NKRI keseluruh Dunia.
Jelas nama "Garuda" yang disandang maskapai tersebut. sungguh berat yang memiliki spektrum luas bagi NKRI, tidak saja dibidang industri penerbangan swasta nasional/Global namun mampu menegakan pula martabat dan kedaulatan NKRI.
Sejarah sudah tertoreh ditahun awal penerbangan operasionalnya di kancah revolusi, Garuda Indonesia Airways diperbantukan kepada AURI dalam menjalankan misinya, baik fungsinya sebagai "connecting people" wilayah kepulauan NKRI maupun dalam mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI dari ancaman pihak asing.
Dalam statusnya sebagai maskapai penerbangan komersil, sulit dinafikan prestasi-prestasi Garuda Indonesia yang diraih di dunia penerbangan International telah mengharumkan nama NKRI.
Sayangnya, statusnya sebagai perseroan terbatas (BUMN) melalui IPO yang dihadapkan dengan persaingan dalam industri penerbangan nasional, Garuda Indonesia jatuh bangun kemampuan keuangannya yang disebabkan salah urus dari manajemen Internal yang membusuk berbasis KKN sebagai cash-cow kepanjangan tangan pihak penyelenggara negara.
Masuknya CT group (Chairul Tanjung) sebagai pemegang saham PT. Garuda yang sejatinya untuk menyelamatkan maskapai "Flag Carrier" NKRI, seakan belum mampu menyelamatkan akumulasi kerugian PT. Garuda warisan manajemen masa lalu.
Faktor pandemi Covid-19 sangat berpengaruh pula dalam perolehan pendapatan PT. Garuda Indonesia dalam 2 tahun terakhir sehingga sulit memenuhi kewajibannya kepada pihak kreditur, meskipun seluruh pegawai sudah berkorban untuk dikurangi gajinya yang diperoleh.
Jika dilihat jumlah hutang PT.Garuda Indonesia hampir mencapai 140 Trilyun, tidak menutup kemungkinan pihak kreditur akan mengeksekusi kewenangan bancruptcynya melalui pernyataan "default" dan "cross default" kepada PT. Garuda Indonesia. Kondisi Ini bisa barabai brouw, maskapai "flag carrier" NKRI bisa hilang dalam industri penerbangan Nasional dan Global, ini sungguh memalukan rakeyat Indonesia dan jelas akan mencoreng wajah Presiden Jokowi.
Jika Kemeneg BUMN sudah menyatakan bahwa PT.Garuda Indonesia secara teknikal sudah bangkrut, tercium aroma kuat di politisasi bhw PT. Garuda Indonesia akan ditutup/dibangkrutkan, dialihkan ke maskapai penerbangan nasional lainnya. Ini jelas sangat mengecewakan hati rakyat Indonesia yang berkeinginan kuat untuk tetap mempertahankan eksistensi PT. Garuda Indonesia sebagai "flag carrier" NKRI.
Sulit dinafikan, ditutupnya melalui pembangkrutan PT. Garuda Indonesia analog dengan bangkrutnya NKRI. Lalu, apa kata Dunia? Sementara, BUMN"s strategis dengan proyek-proyek mercusuar lainnya yang bisa dikatakan bangkrut secara teknikal (a.l proyek KA Cepat Jkt-Bdg dan BUMN Karya), Pemerintah pasang badan untuk mengalokasikan dana APBN berapapun biaya untuk membantunya.
Dalam situasi seperti tersebut diatas, tarik menarik beragam kepentingan dengan mempolitisasi kebangkrutan PT. Garuda Indonesia tidak memecahkan masalah, sementara pembusukan terus berjalan. Oki, menjadi sebuah keniscayaan Presiden Jokowi turun tangan langsung untuk menyelamatkan PT. Garuda Indonesia as soon as possible.
Kolaborasi para pakar penerbangan dan keuangan serta partisipasi publik dengan semangat kesatuan dan persatuan serta nasionalisme dlm menyelamatkan PT. Garuda Indonesia sangat diharapkan.
Ini seakan rindu dengan semangat rakyat Aceh kompak bergotong royong mengumpulkan dana pada tahun 1948 yang disumbangkan kepada Pemerintah Soekarno untuk membeli pesawat Dakota DC-3 sebagai cikal bakal berdirinya Garuda Indonesia.
Selain itu kecintaan rakyat Aceh kepada NKRI dibuktikan pula dgn mengumpulkan dana secara gotong royong untuk membeli 30 kg bongkah emas yang disumbangkan kepada Pemerintah Indonesia dalam membangun Tugu Monas di Jakarta. Mungkinkan semangat rakyat Aceh bisa menginspirasi rakeyat dan pengusaha Indonesia untuk menyelamatkan Garuda Indonesia ? Who knows..
Model restrukturisasi hutang PT. Garuda Indonesia dengan pihak kreditur terlalu banyak untuk bisa dilakukan, satu dan lain hal hampir semua maskapai flag carrier negara² didunia mengalami kesulitan sama, pihak kreditur bisa mahfum brouw.
Bisa jadi momentum peningkatan ekonomi nasional dalam perhelatan international yg akan diselenggarakan Indonesia selama Th 2022 akan menjadi "bantet".
Hayo buruan...bersama kita bisa brouw